DAFTAR NAMA HOTEL DI CIREBON/KABUPATEN CIREBON BESERTA NOMOR TELEPON

BIAYA HARGA TARIF KAMAR HOTEL DAN DAFTAR NAMA HOTEL DI CIREBON/KABUPATEN CIREBON BESERTA NOMOR TELEPON - berikut ini adalah daftar nama hotel baik di Cirebon maupun di Kab. Cirebon dan untuk info tarif Kamarnya silahkan di Telpon saja untuk info selengkapnya

1. Aston Cirebon Hotel & Convention Center
Alamat: Jalan Brigjen Dharsono (Bypass) | No. 12C, Cirebon 45132, Indonesia
Telp: (0231) 8298000
Website: http://www.aston-international.com/

2. Grage Hotel Cirebon
Alamat: Jl. R.A. Kartini No. 77 Sukapura Kejaksaan Cirebon, 45151, Indonesia
Telepon:(0231) 222999
Website: http://www.gragehotelcirebon.com/

3. Hotel Santika Cirebon
Alamat: Jalan Dr. Wahidin No. 32, Cirebon 45122, Indonesia
Telp: (62-231) 200570, 200662, 200575
Fax : (62-231) 200482
Email : reservation@cirebon.santika.com
Website:www.santika.com/santika-cirebon

4. Hotel Amaris Cirebon
Alamat: Jalan Siliwangi No. 70, Cirebon 45121, Indonesia
Telp:(62-231) 829 0066
Fax: (62-231) 829 0060
Email: cirebon@amarishotel.com
Website: www.amarishotel.com/amaris-cirebon

5. Hotel Sidodadi
Alamat: Jl. Siliwangi 72, Cirebon 45124, Indonesia
Telp: (0231) 202305 – 208639
Fax: (0231)
Website: www.sidodadihotel.com

6. Cirebon Plaza Hotel
Alamat: Jl. Kartini 64, Cirebon, Indonesia
Telp: +62 231 202062
Fax: +62 231 204258
Email: info@cirebonplazahotel.com
Website: www.cirebonplazahotel.com

7. Hotel Zamrud
Alamat: Jalan Wahidin 46, Cirebon, Indonesia
Telp:(0231) 246201

8. Hotel Prima
Alamat:  Jl. Siliwangi 107, Cirebon 45124, Indonesia
Telp: (0231) 205411-205475-205479
Fax. (0231) 205407
Email: hpgcirebon@hotelprimagrup.com
Website: www.hotelprimagroup.com/OLD/cirebon/

9. Hotel Asia
Alamat: Jl. Kalibaru Selatan No. 15, Cirebon, Indonesia
Telp: (0231) 204905
Website: http://hotelasiacirebon.com/

10. Grand Tryas Hotel
Alamat: Jl. Tentara Pelajar No. 103 – 107, Cirebon, Indonesia
Telp: +62-231-204-666
Fax: +62-231-200-911
Website: http://grandtryashotel.com/

11. Hotel Patra Jasa Cirebon
Alamat:  Jl. Tuparev No. 11, Cirebon 45153, Indonesia
Telp: 62-231 209 400
Fax: 62-231 207 696
Email: reservation.cirebon@patra-jasa.com
Website: http://www.patra-jasa.com/

12. Hotel Apita Cirebon
Alamat: Jl. Tuparev no. 323, Cirebon 45153, Indonesia
Telp: (0231) 200748
Fax: (0231) 200728
Website: http://apitahotel.com/

13. Bentani Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi 69 Cirebon 45121, Indonesia
Telp: +62 231 203 246
Fax: +62 231 207 527
Email. sales@bentani-hotel.com
Website: http://www.bentani-hotel.com/

Itulah Daftar Nama Hotel di Cirebon Beserta Harga Tarif Biaya Kamarnya , semoga bisa bermanfaat bagi anda yang sedang butuh penginapan di Hotel Cirebon

Baca Selengkapnya »

SEJARAH DESA DUKUH WIDARA KABUPATEN CIREBON

                     ASAL ASUL LENGKAP SEJARAH DESA DUKUH WIDARA KABUPATEN CIREBON Berawal dari kisah Pangeran Silih Asih salah seorang pejuang Islam yang begitu gigih dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Dibantu beberapa orang kepercayaannya seperti Ki Drawolong, Raden Gagak Wulung, Ki Bagus Angke, Asmajaya, Asmajaludin, Gagak Kumbang Sakti, Pangeran Garib, Dewi Widara Asih, Ki Nenggala, Asmaraga, Asmanudin, Ki Rangga, Magerjaya, Magersakti, Magersari, Suradipa, Ki Buyut Haji, Ki Gambir, Ki Mendung dan Ki Nambar, secara bersama-sama menyusun kembali kekuatan pasukannya untuk menghalau serangan penjajah Belanda yang tiada henti-hentinya ingin membabat habis pembangkang-pembangkang yang kontra pihak kolonial. Sejarah Berdirinya Desa Dukuh Widara Kab Cirebon

Pasukan Pangeran Silih Asih dengan persenjataan yang sangat sederhana, beberapa kali dibuat kocar-kacir oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman. Namun kegigihan dari pasukan Pangeran Silih Asih yang terus merongrong pemerintahan Belanda, agar penjajahan dapat dienyahkan dari bumi pertiwi.

Sejak menjadi buronan kolonial Belanda, Pangeran Silih Asih lari menuju ke arah selatan Cirebon dan sampailah di sebuah sungai yang bernama sungai Sanggabraja (Cisanggarung). Dahulu perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah dibatasi kali Cipamali, dan sampai sekarang kali Cipamali menjadi sebuah saksi dimana pejuang Islam Pangeran Silih Asih beberapa kali melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda. Kali Sanggabraja mempunyai cabang yang bernama kali Melaten. Di pinggir kali inilah Pangeran Silih Asih beristirahan dengan pasukannya untuk sekedar memulihkan kondisi badan yang kelelahan setelah lama berlari dari kejaran para tentara Belanda.

Saat itu Pangeran Silih Asih bersama orang kepercayannya membuat pedukuhan. Karena mungkin kelelahan, Pangeran Silih Asih sampai kapidara (Cirebon) artinya pingsan, tetapi setelah ditolong oleh Ki Drawolong, Pangeran Silih Asih bisa kembali sembuh seperti sedia kala. Kemudian Pangeran Silih Asih mengurus seluruh pasukannya untuk terus bekerja keras agar pedukuhan ini bisa dijadikan lahan pertanian yang bisa menghidupi mereka. Di daerah tersebut banyak ditumbuhi pohon widara, kemudian pohon-pohon tersebut di tebang dan kayunya dijadikan untuk perkakas rumah sebagai tempat tinggal. Lahan yang berada di pedukuhan tersebut kemudian dijadikan tanah pertanian untuk palawija, hingga daerah itu disebut Tanah Kebon Agung. Setelah menjadi sebuah pedukuhan yang mulai ramai didatangi oleh orang-orang dari luar, Pangeran Silih Asih memberi nama pedukuhan itu DUKUHWIDARA. Diambil dari nama pohon widara yang tumbuh di pedukuhan tersebut, yang kemudian berkembang menjadi Desa Dukuh Widara.

Selanjutnya Pangeran Silih Asih menunjuk beberapa tokoh masyarakat untuk melanjutkan pembangunan di pedukuhan Dukuh Widara, diantaranya : Nyi Dewi Widara, Asmajalaludin, Asmajaya dan Kubangsakti.

Setelah sekian lama membangun Desa Dukuh Widara , Pangeran Silih Asih kembali melanjutkan perjalanannya ke arah utara. Disana Pangeran Silih Asih membuat benteng pertahanan sebagai strategi perang melawan tentara Belanda yang terus saja mengejar-ngejar pasukannya. Ditunjuklah Ki Upas Nenggala dan Ki Garib untuk dijadikan telik sandi Pangeran Silih Asih untuk mengetahui keadaan tentara Belanda yang sudah mulai mengepungnya.

Peperangan antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Silih Asih tidak dapat terelakkan. Akhirnya banjir darah dari kedua belah pihak menjadi bukti bahwa peperangan selalu meminta korban. Salah seorang yang menjadi korban dari pihak Pangeran Silih Asih adalah Ki Garib, kemudian dimakamkan di daerah itu sampai sekarang daerah itu dikenal dengan sebutan Tanah Astana Garib. Pada masa pemerintahan sekarang Sejarah Desa Dukuh Widara Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon.

Adapun Daftar nama-nama Kuwu Desa Pabedilan Kab. Cirebon yang diketahui  adalah :
1.   Salim                                 : 1946 – 1954
2.   Muja                                  : 1954 – 1962
3.   Mukarom                           : 1962 – 1982
4.   Mudri                                : 1982 – 1990
5.   Sudarno                             : 1990 – 1998
6.   Sungkono                          : 1998 – 2000
7.   Sofiuddin                          : 2000 – sekarang   

Sejarah Lengkap Munculnya Desa Dukuh Widara Kecamatan Pabedilan Kab. Cirebon

Baca Selengkapnya »

SEJARAH DESA DAWUAN KABUPATEN CIREBON

ASAL USUL LENGKAP SEJARAH DESA DAWUAN KABUPATEN CIREBON Desa Dawuan terletak di wilayah Kecamatan Tengah Tani, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Cirebon Barat. Nama Tengah Tani sendiri sebelum dijadikan nama Kecamatan adalah merupakan bagian dari wilayah Desa Dawuan atau nama salah satu blok dan merupakan salah satu sentra kegiatan penduduk di eks. Kecamatan Cirebon Barat tersebut. Asal Asul Sejarah Desa Dawuan Kab Cirebon

Nama Dawuan berasal dari kata Dawuhan/Dawuh yang berarti pangandika atau ucapan orang luhur. Kata Dawuh menurut pengertian Bahasa Cirebon diperuntukan terhadap makna kata ucapan yang disampaikan oleh para nabi, wali, ulama, raja dan orang-orang yang dianggap tinggi kedudukannya.

Tidak banyak data yang kami peroleh mengenai pengertian dan asal usul Dawuan selain pemahaman diatas, namun bukan berarti mengecilkan peranan dari Ki Gede Dawuan sendiri.
Dilihat dari luas wilayah Desa Dawuan yang sampai ke cantilan blok Truag (perbatasan dengan blok Bandit dan Desa Babadan Kecamatan Astana), maka kiprah Ki Gede Dawuan sangat besar pengaruhnya bagi pengembangan agama Islam di Cirebon.

Di Desa Dawuan terdapat beberapa situs pemakaman yang terdiri dari beberapa makam oran-orang soleh, diantaranya adalah pasarean Pangeran Satarengga, pasarean Ki Buyut Muji dan pasarean Ki Buyut Layaman serta Ki Buyut Kasih dengan Tajug Gosangnya yang unik. Dari data-data yang penulis peroleh, diantaranya dari R. Syarief Rohani Kesumawijaya, K.H. Irsyad Al Amin, R. Ismail dan Kyai Amad, para sesepuh yang masih memilki trah langsung dengan Ki Buyut Muji ini memberikan ceritera yang didapat secara turun temurun.

Dikisahkan bahwa nama asli Ki Buyut Muji adalah Sheikh Muhyidin atau Pangeran Abdul Hamid. Beliau adalah putra dari Pangeran Satarengga. Versi lainnya mengatakan bahwa beliau adalah putra dari Ki Ki Gede Gesik, sedangkan Pangeran Satarengga adalah mertuanya. Julukan Ki Buyt Muji diperoleh dari masyarakat berkenaan dengan aktivitas beliau yang suka wirid atau memuji Tuhan. Beliau adalah seorang ahli Tarekat yang memiliki banyak pengikut. Selain dikenal sebagai seorang ulama, Ki Buyut Muji juga seorang pejuang yang anti penjajah. Namun strategi perlawanannya tidak dilakukan secara frontal, tetapi secara politis dan halus. Ki Buyut Muji juga pendukung setia perjuangan Pangeran Suryanegara yang tidak lain adalah menantunya sendiri (suami dari anaknya yang bernama Ratu Jamaliyah).

Pada suatu hari ketika pemerintah colonial Belanda sedang melipatgandakan hasil pertanian dengan upaya memperbesar “water resource” yang ada di Detu Patok, terjadi peristiwa yang sangat tragis. Upaya untuk membendung air selalu mendapat kegagalan. Dam yang dibuat selalu kebobolan, sehingga banyak menewaskan raakyat yang tidak berdosa. Pemerintah kolonial akhirnya memohon bantuan kepada Sultan Mohammad Samsudin untuk dapat mengatasi bencana ini. Sultan akhirnya meminta bantuan kepada Mbah Buyut Muji untuk mencari penyebab bobolnya tanggul Setu Patok. Dengan ditemani oleh asistennya yang setia, yang bernama Ki buyut Kasih, Mbah Buyut Muji pergi ke Setu Patok untuk mencari penyebabnya.

Sesampainya di waduk, Mbah Buyut Muji dan Ki Buyut Kasih melakukan dzikir secara khusu. Keheningan dzikir yang dilakukan kedua orang sufi ini menciptakan suasana panas bagi mahluk lain yang menghuni telaga itu. Kemudian dari kedalaman air muncullah dua ekor ular raksasa yang menjadi penunggu tempat itu. “ampun tuan, kami matur tiwas, tidak akan mengganggu lagi” kata sang naga. “Hai taksaka, siapa kalian berdua“? Tanya Ki Buyut Muji. “saya adalah Nagaraja dan ini Nagagini istri hamba” jawab sang naga. Kemudian Ki Buyut Muji bertanya lagi, “mengapa kalian tega membunuh rakyat Cirebon yang tidak berdosa”?, hamba mohon ampun tuanku, hamba marah karena bangsa asing yang datang ke tempat ini merusak ketenangan kami, mereka mengambil tempat tinggal kami tanpa permisi.

Akhirnya Buyut Muji pun mengerti apa yang menjadi penyebab kemarahan penghuni Setu Patok ini. Sang nagapun akhirnya berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya. Dan sebagai bukti bahwa telah melaksanakan tugas, Ki Buyut Muji membawa sang naga kehadapan Sultan, tetapi dengan mengecilkan dulu tubuhnya menjadi sebesar rokok, kemudian dimasukkan ke tepak bakonya.

Sesampainya dihadapan baginda Sultan, Ki Buyut Muji menghaturkan sembah bakti bahwa beliau telah berhasil melaksanakan tugasnya, kemudian Baginda Sultanpun menanyakan hasil kerja Ki Buyut Muji : “wahai Ki Tuji (begitu sultan biasa menyapanya), coba perlihatkan apa yang bias menjadi bukti hasil kerjamu”?. “Sendika dawuh Gusti, sebelum hamba perlihatkan sudilah paduka dan para pejabat colonial keluar istana, pinta Ki Buyut. “Baiklah Ki Tuji, ayo sekarang kita menuju alun-alun Sangkala Buana”.

Setelah sampai di alun-alun Keraton Kasepuhan barulah Ki Buyut Muji mengeluarkan kotak rokoknya. Semua orang yang dating ke alun-alun merasa kaget bercampur rasa takut melihat dua ekor naga yang sangat besar. Kedua tubuh naga memenuhi seluruh isi lapangan, sehingga Baginda Sultan memerintahkan Ki Buyut Muji untuk segera menyimpannya kembali. “Cukup Ki Tuji, saya sudah yakin dengan hasil kerjamu”. “Baiklah Gusti, hamba akan menyimpannya kembali
Kemudian kedua ular raksasa itu berubah menjadi kecil laagi, dan dimasukkan kembali ke tempatnya. Duhai Ki Tuji, adakah hal lainnya yang ingin kau laporkan?, “ada Gusti, sebelum ular ini kutaklukan, dia meminta agar tiap tahun diberikan tumbal seorang manusia, namun hamba menolaknya dan menggantinya dengan mengadakan upacara nadzar atau syukuran tiap tahun. Kemudian meminta diadakan pertunjukan wayang dan hamba sendiri yang menjadi dalangnya; tentu Buyut Muji. “Baiklah, laksanakan saja permintaannya agar rakyat di Desa Setu Patok dan sekitarnya selalu bersyukur kepada Tuhan. Dan sebagai penghormatan atas jasa-jasamu, maka aku berkenan memberikan tanah untuk pengembangan syiar yang kau lakukan”. Sambil mengucapkan terima Kasih dan amit mundur Ki Buyut Muji segera pergi menempati tanah pemberian sultan.

Tanah pemberian Sultan tersebut dinamai tanah Rancang. Tanah tersebut adalah wilayah perdikan (lokasi yang dibebaskan daari kewajiban membayar pajak dan upeti kepada kesultanan). Tanah Rancang terdiri dari :
1.   Rancang luasnya dahulu adalah sepanjang sisi selatan jalan raya Cirebon – Bandung dari Desa Dawuan hingga Desa Kedungdawa, namun sekarang hanya satu blok. Nama ini tercantum pada salah satu blok di Desa Dawuan.
2    Rancang Kawat, sekarang masuk wilayah Desa Kemlaka. Dan tempat itu dipakai sebagai kuburan umum.
3.   Sinar Rancang, sekarang menjadi Desa Sinar Rancang, letaknya di sisi atas Setu Patok.

Sampai akhir hayatnya Ki Buyut Muji dimakamkan di Blok Rancang. Sebelumnya ada versi yang mengatakan bahwa Buyut Muji dikuburkan di Desa Talun, namun kebanyakan meyakini bahwa setelah mendapatkan hadiah tanah rancang, Ki Buyut Muji sudah menetap di Rancang di kediaman mertuanya Pangeran Satarengga. Buyut Muji meninggalkan banyak pusaka berupa arit cemeti, keris, tombak dan Kitab serta sarung plekat yang sampai sekarang masih tersimpan oleh para turunannya.

Pertunjukkan wayang Kulit yang dilatarbelakangi legenda Setu Patok tersebut masih sempat dilakukan pada awal tahun 1990-an dengan dalang Ki Gluwer. Sekarang tidak ada turunan dalang, Gluwer yang melanjutkan profesi sebagai dalang, sehingga pertunjukkan wayang yang dilaksanakan oleh dalang turunan Rancang pun tidak bias diadakan lagi.

Pemerintah Desa Dawuan sendiri sudah berlangsung sejak lama, namun nama-nama Kuwu yang sempat tercatat hanya sedikit saja, yaitu :

1.   Salamun                      : 1970 – 1985
2.   Aan Anasi                   : 1985 – 1993
3.   Nasikin Abdulah         : 1994 – 2003
4.   Maana (Pjs)     : 2003 – sekarang

Sejarah Desa Dawuan Kab Cirebon

Baca Selengkapnya »

SEJARAH DESA CIKULAK KABUPATEN CIREBON

ASAL-USUL LENGKAP SEJARAH DESA CIKULAK KABUPATEN CIREBON Leuweunggajah adalah sebuah pedukuhan tertua yang berada di wilayah Cirebon bagian timur. Pada saat itu perkembangan agama Islam sangat pesat, pondok pesantren dan paguron persilatan ramai didatangi orang dari berbagai penjuru negeri. Asal Usul Sejarah Berdirinya Desa Cikulak Kab Cirebon Mereka begitu tertarik akan ajaran Islam yang disebarkan oleh pemuka-pemuka agama Leuweunggajah. Tidak itu saja tempet-tempat untuk mempelajari ilmu kanuraganpun begitu marak dikunjungi, hingga Ki Jaya meski telah memiliki ilmu tinggipun, masih ingin memperdalam ilmu kedigjayaan di peguron itu. Serbagai bukti bahwa Ki Jaya adalah bukan orang sembarangan adalah adanya cacat di bagian muka akibat terkena goresan pedang saat berkelahi dengan lawan-lawannya.

Suatu hari Ki Jaya bertemu dengan seorang gadis cantik putrid seorang sesepuh di pedukuhan Leuweunggajah. Dengan perasaan tidak menentu tiba-tiba hatinya begitu tertambat dengan paras eloknya yang menawan hati dan berkeinginan mempersunting gadis itu. Untuk mencapai tujuan dan maksudnya, ia berusaha sekuat tenaga dengan jalan mengabdikan diri kepada kepada keluarga gadis itu, dengan harapan pujaannya itu akan mencintainya. Meskipun Ki Jaya telah cukup lama mengabdi kepadda keluarga itu, namun gadis itu tidak memberikan harapan sedikitpun. Betawa kecewanya Ki Jaya karena cintanya vertepuk sebelah tangan. Barangkalai muka cacat inilah pembawa sial itu hingga gadis pujaan selalu membuang muka. Dengan perasaan kesal dan penuh rasa dendam Ki Jaya meninggalkan Leuweunggajah.

Ki Jaya pergi mengasingkan diri ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Namun di tempat pengasingan itu justru rasa sakit hati dan dendamnya semakin membara. Timbulah niat jahatnya, bahkan bukan hanya kepada keluarga gadis itu saja akan membalas kekecewaannya, namun ia pun menaruh dendam kepada seluruh isi pedukuhan.

Niat jahat Ki Jaya dilaksanakan dengan memasukan suatu benda ke dalam sumur di Blok Logandi, dimana hamper seluruh penduduk mengambil air untuk keperluan masak dan minum dari sumur tersebut. Akibat ulah jahat Ki Jaya timbulah musibah menimpa penduduk Leuweunggajah. Setiap orang yang mempergunakan air dari sumur itu langsung terkena berbagai penyakit seperti gatal-gatal, muntah darah, sakit perut, dll. Bahkan anak-anak balita terserang penyakit lumpuh, dan gadis-gadis menjadi jauh dari jodohnya. Peristiwa itu cukup menggegerkan dan beritanya tersebar kemana-mana, bahwa sumur Leuweunggajah beracun. Akhirnya sumur itu ditutup, dilarang diambil airnya.

Karena sumur Leuweunggajah airnya beracun dan tidak dapat dipergunakan atau dimanfaatkan, maka untuk memenuhi kenutuhan air, penduduk terpaksa (ngulak cai) sama dengan artinya mengambil air  ke daerah Lebak Gede/Cibogo. Sebaliknya orang-orang di Lebak Gede Cibogo menyebutnya “Cai dikulak”. Dari sebutan itulah maka daerah Lebak Gede Cibogo dikenal dengan sebutan Cikulak, yang kemudian berkembang menjadi Desa Cikulak.

Karena air dari Lebak Gede Cibogo ini tidak mencukupi, Pangeran Danalampah sebagai sesepuh daerah itu membuat sumur lagi di pedukuhan Damarguna. Sumur buatan Pangeran Danalampah terkenal dengan sebutan “Sumur Pangeran”. Adalah seorang Habib dari mesir bernama Habib Toha dating di pedukuhan Leuweunggajah mendengar bahwa sumur disitu mengandung racun, didatanginya sumur itu dan diberinya karomah. Atas izin Allah, maka sumur itu dapat dimanfaatkan kembali oleh penduduk Leuweunggajah, bahkan airnya berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Pada pemerintahan sekarang Desa Cikulak berada di wilayah Kecamatan Waled, dan perkembangan selanjutnya terjadi pemekaran menjadi Desa Cikulak dan Desa Cikulak Kidul. Sebagai daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa sunda wilayah ini juga hidup kesenian-kesenian sunda seperti wayang golek, degung, juga sastrawan sunda Rasdi Sentot yang lebih dikenal mang Cengek.

Daftar Nama-nama Kuwu Cikulak Kab Cirebon yang diketahui diantaranya :
1.      Bujel                                  :
2.      Rantam                              :         -  1935
3.      Dana                                  : 1935 – 1942
4.      Eyo                                    : 1942 – 1949
5.      Sobali Sastrawijaya           : 1949 – 1958
6.      Madhasan                          : 1958 – 1965
7.      Suryana (Pjs)                     : 1965 – 1970
8.      Dulhari                              : 1970 – 1971
9.      S Suryawinata                   : 1971 – 1985
10.    Dani S (Pjs)                       : 1985 – 1989
11.    Syamsudin                        : 1989 – 1996
12.    Abas (Pjs)                          : 1996 – 2001
13.    Ahmad Nurhandi              : 2002 – sekarang 

Nama-Nama Kuwu cikulak Kidul yang diketahui diantaranya :

1.      Suklan (Pjs)                       : 1981 – 1984
2.      Warno                               : 1984 – 1988
3.      Aang Sukanta (Pjs)           : 1988 – 1990
4.      Djudju Azhuri                   : 1990 – 1998
5.      Sardikin                             : 1998 – 2001
6.         Zaenal arifin    : 2001 – sekarang

Asal Usul Lengkap Sejarah Munculnya Desa Cikulak Kab Cirebon

Baca Selengkapnya »

SEJARAH DESA CIKEDUK KABUPATEN CIREBON

ASAL USUL LENGKAP SEJARAH DESA CIKEDUK KABUPATEN CIREBON Pasca perang besar yang terjadi di Gunung Gundul antara pasukan Cirebon dan pasukan Galuh, yang diantara keduanya banyak mengerahkan Senopati sebagai prajurit andalannya. Yang pada akhirnya pasukan Galuh dapat diundurkan , beberapa pepatih Galuh bersedia memeluk agama Islamdiantaranya adalah Ki Gede Telaga. ASAL USUL DESA CIKEDUK KAB CIREBON Adapun di pihak kerajaan Islam Cirebon, turut pula ,maju ke medan perang adalah putra angkat Sultan Cirebon sendiri yang telah diangkat sebagai adipati bernama Adipati Arya Kemuning. Sesungguhnya Arya Kemuning adalah putra Ki Gede Luragung. Ketika Putri Ong Tin istri Sunan Jati melahirkan, putranya yang baru saja dilahirkan meninggal dunia. Sebagai obat rindu akan putranya yang meninggal dunia, maka Putri Ong Tin mengangkat Arya Kemuning dijadikan sebagai anak angkatnya.

Adipati Arya Kemuning seusai melaksanakan tugas sebagai prajurit andalan Kerajaan Cirebon, kemudian mendapat perintah dari ayahandanya untuk mendirikan pedukuhan. Dengan penuh semangat Adipati Arya Kemuning bersama para pengikutnya menggusur hutan lebat dan terwujudlah suatu pedukuhan.

Kemudian Adipati Arya Kemuning membuat gubuk guna dijadikan tempat tinggal dan pendopo, kemudian membuat bale dari bahan kayu jati yang dibuatnya dengan sangat hati-hati. Bale itu ditempatkan di dalam pendopo untuk bermusyawarah. Pedukuhan yang didirikan Adipati Arya Kemuning makin hari makin luas, kemudian orang-orang dari daerah lain datang ke tempat itu, mereka diterima oleh Adipati Arya Kemuning dengan senang hati dan diijinkan untuk mendirikan rumah sebagai tempat tinggal. Akhirnya pedukuhan itu makin ramai dan banyak penghuninya. Keadaan itu terdengar oleh Nyi Ayu Pakungwati, sehingga beliau menyempatkan diri berkunjung ke pedukuhan Adipati Arya Kemuning.

Kedatangan Nyi Ayu Pakungwati diterima dengan segala hormat. Nyi Ayu Pakungwati dipersilahkan memasuki pendopo, kemudian Nyi Ayu Pakungwati duduk di bale besar yang diukir sedemikian rupa hingga nampak menarik.

Dalam pembicaraannya dengan Nyi Ayu Pakungwati, Adipati Arya Kemuning menyampaikan salam takzim dengan perasaan sangat berbahagia karena dikunjungi Nyi Ayu Pakungwati yang sebagai ibunya juga, itu merupakan kehormatan bagi dirinya dan rakyatnya. Disamping itu Adipati Kemuning juga memohon do’a restu kepada Nyi Ayu Pakungwati supaya penduduk pedukuhan senantiasa mendapat kesejahteraan.

Dengan tersenyum Nyi Ayu Pakungwati berkata bahwa beliau sangat bersyukur atas prakarsa Adipati Aria Kemuning yang telah membangun sebuah pedukuhan yang cukup ramai ini yang kelak pedukuhan ini akan menjadi tempat tinggal anak cucu Cirebon.

Selanjutnya Adipati Aria Kemuning memohon kepada Nyi Ayu Pakungwati untuk memberikan petunjuk agar dapat ditemui air yang memadai untuk kehidupan masyarakat di pedukuhannya itu, kemudian Nyi Ayu Pakungwati menyuruh Adipati Kemuning untyuk mencangkul tanah yang ditunjuknya. Adipati Arya Kemuning langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya itu. Dengan tak diduga sedikitpun, seketika itu pula kedukan tanah yang baru saja dicangkulnya keluar air dengan sangat derasnya. Masyarakat beramai-ramai menyaksikan kejadian itu sambil berucap, cikeduk!, Cikeduk!
Daftar Nama-nama Kuwu Desa Cikeduk Kab. Cirebon yang diketahui :

1.     Kuwu Aris                          :
2.     Kuwu Jubris                        :
3.     Kuwu Jumi                          :
4.     Kuwu Sarbangi                   :
5.     Kuwu Kaernen                    :
6.     Kuwu Yahya                       :
7.     Kuwu Badrun                     :
8.     Kuwu Nursep                      :
9.     Kuwu Rasawinata               : 1927 – 1934
10.   Kuwu Asmari                      : 1938 – 1951
11.   Kuwu Yusup                       : 1958 – 1961
12.   Kuwu Jakaria                      : 1961 – 1974
13.   Kuwu Salim SN                  : 1974 – 1985
14.   Kuwu H. Sumardi               : 1985 – 2001
15.   Kuwu Sakwad                    : 2001 – sekarang 

Sejarah Asal-usul desa Cikeduk Kab. Cirebon

Baca Selengkapnya »