ASAL USUL SEJARAH DESA ASTAPADA KABUPATEN CIREBON - Seperti kita ketahui Pangeran Gesang atau Ki Gede Gesik banyak menurunkan penguasa-penguasa lokal anatara lain Nyi Mertasari yang menjadi penguasa Gegesik, Ki Jagabaya penguasa Jagapura, Ki Sumirang yang menjadi gegeden Bayalangu, Ki Baluran sebagai Ki Gede Guwa. Seorang lagi lainnya adalah Ki Gede Astapada penguasa Astapada. Letak Astapada sendiri persis di sebelah selatan Desa Gesik, jadi tidak seperti saudaranya yang harus terpisah dari ayah tercinta. Sebagaimana Ki Gede Gesik adalah dikenal sangat perwira lagi sakti.
Dalam sebuah tradisi tutur yang berkembang di Desa Astapada, bahwa pada suatu waktu Ki Gede Astapada diundang dalam sebuah acara oleh Kerajaan Demak kemungkinan besar Bulan Maulud sebagai salah seorang undangan sudah sepantasnya diperlakukan dengan baik, akan tetapi justru sebaliknya. Keberadaannya seakan dipandang sebelah mata oleh orang-orang Demak, Mungkin secara tata kenegaraan ia hanya seorang penguasa desa di Kerajaan Cerbon. Hal tersebut membuat ia merasa tersinggung, telah terjadi pelecehan bukan hanya dirinya pribadi tapi juga terhadap Kerajaan Cerbon yang ia jungjung.
Baginya tak ada cara lain, orang Demak harus diberitahu seperti apa sepantasnya kerajaan sebesar Demak memperlakukan tamunya dan apa balasannya jika tidak menghormati tamu atau utusan negara sahabat. Maka dengan kesaktiannya ia membawa sumur yang menjadi sumber air untuk memasak dan mencuci seluruh perlengkapan acara tersebut. Persis malam sebelum acara puncak, digendongnya sumur itu dari Demak ke Cirebon tepatnya ke Desa Atapada. Gegerlah seisi Keraton Demak, sumur yang biasa digunakan untuk upacara dan keperluan istana hilang tanpa diketahui sebab-sebabnya.
Astapada berasal dari kata Asta (mata, Bahasa Jawa) pada pandanagan yang jauh, maka sebagai insan yang baik harus mempunyai cita-cita yang tinggi, tapi sesuai dengan norma-norma kehidupan. Itulah yang ditanamkan oleh orang-orang yang arif dan bijaksana, guna untuk membangun kehidupan yang berarti di masa-masa mendatang, hingga saat ini Astapada diabadikan sebagai nama Desa.
Oleh Ki Gede Astapada sumur itu diletakan di wilayahnya, sumur itu masih ada hingga sekarang. Ada yang menarik dari sumur tersebut, sejak dulu sumur itu tidak dapat ditebak kapan akan terisi air. Musim hujan ketika sumur-sumur lainnya di Desa Astapada airnya berlimpah ruah, sumur itu tidak berair sama sekali. Namun adakalanya ketika Desa Astapada kekeringan sumur itu berair terkadan berlimpah. Masyarakat setempat meyakini jika sumur itu berair berarti akan ada pageblug atau musibah yang melanda Desa Astapada dan air sumur itu sebagai penangkalnya. Untuk menghormati jasa-jasa Ki Gede Astapada masyarakat Astapada mengadakan pertunjukkan wayang kulit di dekat lokasi sumur pada setiap Bulan Maulud. Namun nsejak akhir tahun 60-an diganti menjadi setiap bulan Agustus. Desa Astapada secara pemerintahan baru berdiri sendiri pada tahun 1984, semula menginduk pada Desa Gesik.
Kuwu-Kuw yang pernah memerintah Desa Astapada, yaitu
1. Sutardjo (merangkap Kuwu Gesik) : 1980 – 1990
2. Saryami : 1990 – 2000
3. Akmad Kanani : 2000 – sekarang