Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan

SEJARAH ASAL USUL LUKISAN KACA CIREBON

SEJARAH ASAL USUL KERAJINAN LUKISAN KACA CIREBON , Untuk kesempatan kali ini kami akan mecoba membahas mengenai Sejarah Lukisan Kaca Cirebon .


Lukisan Kaca merupakan salah satu karya seni khas cirebon yang tidak terdapat di daerah lain. Lukisan Kaca ini berbeda dengan lukisan pada umumnya yang menggunakan media kanvas untuk melukis, akan tetapi lukisan ini menggunakan kaca sebagai media untuk melukisnya. Perkembangan Lukisan Kaca Cirebon memperlihatkan peningkatan yang baik, karena mempunyai Potensi sebagai Produk Kerajinan yang berorientasi pasar.

Asal usul Sejarah Lukisan Kaca Cirebon , konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon, Pada era pemerintahan Panembahan Ratu, Lukisan Kaca digunakan sebagai media dakwah karena berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan Lukisan Kaca Wayang. Hingga saat ini Lukisan Kaca kerap digunakan sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon.


Pengaruh Islam yang disebarkan oleh para wali juga menjadi ciri khas dari lukisan kaca Cirebon. "Bahkan setelah pengaruh China, gambar-gambar yang dihasilkan seniman tradisional selalu berhubungan dengan Islam seperti gambar kabah, masjid dan kaligrafi berisi ayat-ayat Alquran atau Hadis," ujarnya.

Adapun pengaruh cerita wayang berasal dari pertunjukan wayang yang diperagakan para wali untuk menyebarkan agama Islam. Kuatnya kepercayaan tokoh wayang yang baik, membuat para pengrajin lukisan kaca selalu menampilkan tokoh seperti Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan lain-lain.
Sejak itu lukisan kaca dikenal orang sebagai media dakwah dengan munculnya Lukisan Kaca Kaligrafi Islam, di mana pada setiap lukisan kaca akan banyak ditemui tulisan yang berasal dari cuplikan Ayat Al Qur’an dan Hadist.

Semakin lama Lukisan Kaca Cirebon semakin berkembang dengan keragaman objek yang ditampilkan, objek Wayang dan objek Batikan makin mewarnai desain Lukisan Kaca Cirebon. Pada abad ke-19, lukisan kaca Cirebon cenderung mengambil tema wayang, kereta singa barong, paksi naga liman, pola mega mendung, kaligrafi Islam, gambar masjid, buroq, dan sejenisnya.

Sekilas, lukisan kaca khas Cirebon mungkin tampak seperti lukisan yang dibingkai dan dilapisi kaca biasa. Padahal, lukisan ini justru dilukis di atas kaca. Berbeda dengan pelukis kaca dari Jateng (Solo) yang biasa melukis di atas kaca dari depan dan mengandaikan kaca layaknya kanvas, pelukis kaca dari Cirebon justru melukis kaca dari belakang. Menggunakan teknik lukis terbalik dengan mechanical pen, lukisan ini memang unik dan membutuhkan keahlian tersendiri. Cat yang digunakan untuk melukis di kaca ini sama seperti cat untuk melukis di media kanvas. Pelukis kaca ini menempatkan semacam kayu panjang di antara lukisannya, untuk menyangga tangannya agar tidak menyentuh lukisan yang baru dipoles.

Namun, dalam era persaingan globalisasi, lukisan kaca kini semakin tersisih seiring membanjirnya produk-produk lain yang lebih modern. Lukisan kaca harus bersaing ketat untuk merebut perhatian konsumen. Saat ini, tidak mudah untuk menemukan penjual lukisan kaca. Beberapa penjual bisa ditemui di emperan. Tema dan gaya lukisan kaca Cirebon dipengaruhi budaya China, Islam dan cerita wayang. Seni tradisi melukis dengan media kaca sebenarnya sudah berkembang beberapa abad yang lalu, dan mengalami perkembangan pasang surut, di mana kemudian para senimannya menemukan beberapa gaya gambar kaca yang khas. Konon lukisan kaca ini berasal dari China yang dibawa oleh para pedagang ke wilayah Cirebon

Lukisan Kaca adalah produk yang spesifik. karena Lukisan Kaca dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon. Adalah salah seorang maestro Pelukis Kaca, RASTIKA yang mengusung Gaya Dekoratif Modern.

Cara dan Tehnik Lukisan Kaca

Lukisan kaca kota udang ini di lukis dengan tekhnik melukis terbalik, sangat kaya akan gradasi warna dan nuansa dekoratif yang menawan serta menampilkan ragam hias ornament dan motif Mega Mendung serta Wadasan, kemudian lebih dikenal dengan sebutan Batik Cirebon. Kreatifitas seniman ini kemudian menambah jenis lukisan kaca Batik Cirebon dan jaman sekarang dikenal pula lukisan kaca oriental atau umum yang biasanya berupa bunga, wajah, pemandangan dan lain-lain.

“Tahapan tekhnis melukis di kaca ini agak berbeda dengan seni lukis yang lain, pertama sketsa dibuat pada kertas kemudian ditempel pada media kaca dan melukis di bidang kaca sebelahnya, ini yang dinamakan dengan tekhnik melukis terbalik, kata Dian, pendiri sekaligus pemilik Sanggar Alam Seni Lukis Kaca Cirebon.

Koas yang digunakan minimal 5 buah, mulai dari yang halus sampai yang kasar atau besar. Untuk koas yang paling halus pelukis menggunakan bulu kucing, dan bulu ayam untuk koas paling kasar. Seniman lukisan kaca biasanya membuat sendiri peralatan melukisnya. Sebagai finishing lukisan kaca digunakan tekhnik tembak atau airbrush guna memunculkan gradasi warna dan kesan pecah-pecah yang menarik, bahan baku yang dipakai melukis adalah cat minyak

Ciri khas lukisan kaca Cirebon adalah Kaligrafi, Wayang dan Batik Cirebon, ada 42 jenis kaligrafi peninggalan para Wali atau Sunan, khusunya Sunan Gunung Jati, semuanya mempunyai makna dan tujuan yang berbeda. Salah satunya adalah Macan Ali berupa tulisan arab dengan lafadz dua kalimat syahadat, kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi pemiliknya agar selalu ingat kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Selengkapnya »

TEMPAT ALAMAT DAN TIKET MASUK OBYEK WISATA RELIGI MAKAM SUNAN GUNUNG JATI CIREBON


TEMPAT ALAMAT DAN TIKET MASUK OBYEK WISATA RELIGI MAKAM SUNAN GUNUNG JATI CIREBON , Pada kesempatan kali ini kami akan membahas seputar Obyek Wisata Religi di Cirebon .

Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon memiliki gaya arsitektur yang sangat unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur Jawa terdapat pada atap bangunan yang berbentuk limasan. Arsitektur Cina tampak pada desain interior dinding makam yang penuh dengan hiasan keramik dan porselin. Selain menempel pada dinding makam, benda-benda antik tersebut juga terpajang di sepanjang jalan makam. Semua benda itu sudah berusia ratusan tahun, namun kondisinya masih terawat. Benda-benda tersebut dibawa oleh istri Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad ke-13 M. Sedangkan arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan kaligrafi yang terukir indah pada dinding dan bangunan makam itu.


Keunikan lainnya tampak pada adanya sembilan pintu makam yang tersusun bertingkat. Masing-masing pintu tersebut mempunyai nama yang berbeda-beda, secara berurutan dapat disebut sebagai berikut: pintu gapura, pintu krapyak, pintu pasujudan, pintu ratnakomala, pintu jinem, pintu rararoga, pintu kaca, pintu bacem, dan pintu kesembilan bernama pintu teratai. Semua pengunjung hanya boleh memasuki sampai pintu ke lima saja. Sebab pintu ke enam sampai ke sembilan hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati sendiri.

Kompleks makam ini juga dilengkapi dengan dua buah ruangan yang disebut dengan Balaimangu Majapahit dan Balaimangu Padjadjaran. Balaimangu Majapahit merupakan bangunan yang dibuat oleh Kerajaan Majapahit untuk dihadiahkan kepada Sunan Gunung Jati sewaktu ia menikah dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari salah seorang pembesar Majapahit yang bernama Ki Ageng Tepasan. Sedangkan Balaimangu Padjadjaran merupakan bangunan yang dibuat oleh Prabu Siliwangi untuk dihadiahkan kepada Syarif Hidayatullah sewaktu ia dinobatkan sebagai Sultan Kesultanan Pakungwati (kesultanan yang merupakan cikal bakal berdirinya Kesultanan Cirebon).

Selain terkenal dengan arsitektur bangunannya yang unik, obyek wisata ziarah makam Sunan Gunung Jati ini juga terkenal dengan berbagai macam ritualnya, yaitu ritual Grebeg Syawal, Grebeg Rayagung, dan pencucian jimat. Grebeg Syawal ialah tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap hari ke 7 di bulan Syawal, untuk mengenang dan melestarikan tradisi Sultan Cirebon dan keluarganya yang berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati setiap bulan itu. Sedangkan Grebeg Rayagung ialah kunjungan masyakat setempat ke makam yang diadakan setiap hari raya Iduladha. Selain itu, terdapat juga ritual tahunan pada hari ke-20 di bulan Ramadhan, tradisi itu disebut “pencucian jimat” dan benda-benda pusaka (gamelan dan seperangkat alat pandai besi) yang merupakan benda peninggalan Sunan Gunung Jati. Tradisi ini dilaksakan setelah shalat shubuh, bertujuan untuk memperingati Nuzulul Qur‘an yang jatuh pada tanggal 17 Ramadhan

Tempat Alamat Obyek Wisata Religi Sunang Gunung Jatai Di Cirebon

Makam Sunan Gunung Jati terletak di Jl. Raya Sunan Gunung Jati, Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat

Makam Sunan Gunung Jati berjarak kurang lebih 6 km ke arah utara dari Kota Cirebon. Untuk menuju lokasi makam ini pengunjung dapat menggunakan kendaran pribadi (mobil) atau naik angkutan umum (bus) dari Terminal Cirebon. Dari terminal ini, pengunjung naik bus jurusan Cirebon—Indramayu dan turun di lokasi. Perjalanan dari Cirebon menuju lokasi makam ini biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit.

Harga Tiket Masuk Wisata Ziarah Makam Sunan Gunung Jati Cirebon

Untuk memasuki obyek wisata ziarah makam Sunan Gunung Jati ini tidak dipungut biaya, hanya biaya masuk parkir kendaraan saja.

Di area makam Sunan Gunung Jati terdapat fasilitas seperti penginapan, warung makan, masjid, pendopo, Paseban Besar (pendopo tempat penerimaan tamu), Paseban Soko (tempat untuk bermusyawarah), parkir luas, dan alun-alun. Di lokasi ini juga terdapat pedagang kaki lima, kios cendramata, kios buah-buahan, dan lain-lain.

Baca Selengkapnya »

DAFTAR NAMA HOTEL DI CIREBON SERTA ALAMAT DAN NOMOR TELPON LENGKAP

DAFTAR NAMA HOTEL DI CIREBON SERTA ALAMAT DAN NOMOR TELPON LENGKAP , Bagi anda yang sedang berwisata di cirebon dan bingung untuk memilih hotel atau tempat penginapan, maka dari itu kami akan memberikan info Daftar nama hotel di cirebon beserta ala dan nomor teleponnya lengkap ::

Aston Cirebon Hotel
Alamat: Jl. Brigjen Dharsono No. 12C (By Pass), Jawa Barat 45132
Telepon:(0231) 8298000

Amanah Benua Hotel
Lokasi: JL. By Pass Jenderal Ahmad Yani, No. 55
No. Telepon: +62 231 201353

Griya Sae Guest House
Alamat Lengkap: Tanda Barat, Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat 45121
No. Telepon: +62 823-1579-5975

Green hotel and spa Cirebon
Address: Jl. A.Yani (by pass) No.3 Cirebon
No. Telepon: 0231488988 Email: info@greenzhotelcirebon.com

Sidodadi Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 72
Nomor Telepon: (0231) 204821

Cordova Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 87-89
No. Telepon: (0231) 204677

Slamet Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 95
No. Telpon: (0231) 203296

Family Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 66
No. Telepon: (0231) 207935

Sare Sae Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 70
No. Telepon: (0231) 206004

Langen Sari Hotel
Alamat: Jl.Siliwangi No. 127
No. Telepon: (0231) 201818

Prima Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 107
No. Telepon: (0231) 208573

Bentani Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 69
No. Telepon: (0231) 203246

Priangan Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 108
No. Telepon: (0231) 202929

Aurora Hotel
Alamat: Jl. Siliwangi No. 62
No. Telfon: (0231) 233143

Srikandi Hotel
Alamat: Jl. Tuparev No. 46
No. Telepon: (0231) 205901

Patra Jasa Hotel
Alamat: Jl. Tuparev No. 11
No. Telepon: (0231) 209400

Cirebon Indah Hotel
Alamat: Jl. Tuparev KM3
No. Telepon: (0231) 210140

Apita Hotel
Alamat: Jl. Tuparev No. 323
No. Telepon: (0231) 200748

Omega Hotel
Alamat: Jl. Tuparev No. 20
No. Telepon: (0231) 202585 / 204888

Baru Cirebon Hotel
Alamat: Jl. Kalibaru Selatan No. 3
No. Telepon: (0231) 201728

Niaga Hotel
Alamat: Jl. Kalibaru Selatan No. 49
No. Telepon: (0231) 201731

Asia Hotel
Alamat: Jl. Kalibaru Selatan No. 15
No. Telepon: (0231) 202 183

Pinus Hotel
Alamat: Jl. Kalibaru Selatan No. 49
No. Telepon: (0231) 201731

Santika Hotel
Alamat: Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 32
No. Telepon: (0231) 200570

Zamrud Hotel
Alamat: Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 64-A
No. Telepon: (0231) 246201

Bumi Asih Hotel
Alamat: Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
No. Telepon: (0231) 200667

Tryas Hotel
Alamat: Jl. Kartini No. 86
No. Telepon: (0231) 2328330

Cirebon Plaza Hotel
Alamat: Jl. Kartini No. 64
No. Telepon: (0231) 202062

Grage Hotel
Alamat: Jl. Kartini No. 77
No. Telepon: (0231) 222999

Padma Indah Hotel
Alamat: Jl. Rajawali Raya No. 329
No. Telepon: (0231) 232818

Wisma Rajawali
Alamat: Jl. Rajawali Barat III No. 5
No. Telepon: (0231) 206326

Imperial Hotel
Alamat: Jl. Bridg. Dharsono No. 14
No. Telepon: (0231) 207750

Roslitasari Hotel
Alamat: Jl. Bridg. Dharsono No. 8
No. Telepon: (0231) 204366

Omega Hotel
Alamat: Jl. Kusnan No. 101
No. Telepon: (0231) 209332

Permata Hijau Hotel
Alamat: Jl. Veteran No. 32
No. Telepon: (0231) 200215

Asri Hotel
Alamat: Jl. Karang Getas No. 25-27
No. Telepon: (0231) 210900

Intan Hotel
Alamat: Jl. Karang Anyar No. 36
No. Telepon: (0231) 244788

Sunyaragi Hotel
Alamat: Jl. Evakuasi No. 65
No. Telepon: (0231) 484448

Wisma Bahtera
Alamat: Jl. Cangkring I No. 7
No. Telepon: (0231) 231920

Rahayu Hotel
Alamat: Jl. Moh Toha No. 45
No. Telepon: (0231) 200322

Penta Hotel
Alamat: Jl. Syarief Abdurakhman No. 159
No. Telepon: (0231) 203328

Cahaya Hotel
Alamat: Jl. Cemara D Teduh No. 45
No. Telepon: (0231) 202848

Amanah Hotel
Alamat: Samping terminal Harjamukti
No. Telepon: (0231) 201352

Trijaya Hotel
Alamat: Jl. Aria Banga

Palapa Hotel
Alamat: Jl. Stasiun No. 8
No. Telepon: (0231) 202380

Melati Hotel
Alamat: Jl. Pekalipan No. 62
No. Telepon: (0231) 202954

Grinhil Pasindangan
Alamat: Jl. Sunan Gunung Djati No. 89
No. Telepon: (0231) 222 489

Sapadia Hotel
Alamat: Jl. Katiasa No.1, Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat 45144
Telepon:(0231) 484567
 
Hotel Satria Cirebon
Alamat: JALAN AHMAD YANI NO 39 BYPASS, West Java 45113
Telepon:(0231) 487373


Dan mengenai Daftar tarif harga permalam Hotel Di Cirebon bsilahkan bisa menghubungi No Telepon yang tertera diatas

Baca Selengkapnya »

SEJARAH CERITA MBAH KUWU CIREBON

SEJARAH CERITA MBAH KUWU CIREBON , Pada sebelumnya kami telah berbagi info sejarah mengenai Kerata Singa Barong dan Kereta Paksi Nga Liman dan di hari ini seperti biasa kami akan berbagi berita terbaru tyang dimana untk kali ini masih dari dunia sejarah yaitu tentang Mbah Kuwu Cirebon

Mba Kuwu Cirebon dan Istrinya yang bernama Nyi Endang Geulis (Yang sekarang menjadi nama jalan Ds. Kalangenan - Ds. Pangguragan ) merasa sudah tua dan waktunya reinkarnasi. Setelah menceburkan diri ke kawah Candra Dimuka Sukma Mbah Kuwu menjadi anak kecil tegantung – gantung di hutan belantara. Serta Sukma Istri Mbah Kuwu cirebon masuk ke perut istri Prabu Siliwangi yang sedang hamil tua

Seketika Istri Prabu Siliwangi bergembira karena dia merasa dewata mengabulkan permintaanya untuk mendapatkan keturunan.

Tiba – tiba Istri Prabu Siliwangi ngidam hati menjangan (Kijang). Tetapi Istri Prabu Siliwangi Ingin memakan hati menjangan asalkan Prabu Siliwangi yang memburunya.

Prabu Siliwangi akhirnya berangkat kehutan untuk mendapatkan hati menjangan. Setelah berapa hari mencari menjangan di melihat seorang jabang bayi tergantung – gantung di atas pohon dan akhirnya perburuan menjangan dibatalkan dan Prabu Siliwangi menolong jabang bayi yang tergantung – gantung di pohon lalau membawanya di kerajaan dengan hati bergembira, karena buruan hati menjangan dilupakan dengan mendapatkan seorang jabang bayi yang sedang didamba – dambakannya.

Setelah datang dikerajaan, Istrinya Prabu Siliwangi bertanya
Istri Prabu Siliwangi : Kakang Mana hati menjangannya
Prabu Siliwangi :  Aduh, Istriku batalkan saja niatmu itu untuk memakan hati menjangan. Karena aku mendapatkan lebih dari itu.
Istri      : Apa itu Kakanda
Prabu : Jabang bayi

Mendengan perkataan Prabu Siliwangi, Istrinya sangat gembira dan senang. Karena merasa akan mendapatkan dua anak yang satu masih dalam kandungan dan yang satunya di bawa dari perburuan Prabu Siliwangi.

Akhir dari cerita ini karena anak yang di dapatkan tergantung – gantung di pohon dengan kepala di bawah kaki di atas maka Anak itu dikasih nama Walangsungsang  dan diangkat menjadi anaknya. Serta anak yang di dalam kandungan istrinya di beri nama Subang Klarang.

Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL KERETA SINGA BARONG DAN KERETA PAKSI NAGA LIMAN

SEJARAH ASAL USUL KERETA SINGA BARONG DAN KERETA PAKSI NAGA LIMAN KASEPUHAN CIREBON , Pada berita sebelumnya kami telah mempublikaskan Silsilah Kasultanan Cirebon dan untuk update info kali ini juga masih berhubungan dengan dunia sejarah. Orang Cirebon pasti mengenal dan mengetahui tentang Sejarah dan Pembuat Kereta Singa Barong dan Kereta Paksi Naga Liman, akan tetapi masih sedikit yang mengetahui tentang seharahnya oleh karena itu kami akan mengulas mengenai hal ini .

KERETA PAKSI NAGA LIMAN KERATON KASEPUHAN CIREBON

KERETA SINGA BARONG KASEPUHAN CIREBON


Perlu kita ketahui bersama bahwasannya  Kereta Singa Barong adalah sebuah Kereta Kencana yang bentuknya penggabungan dari 4 bagian hewan, singa / macan (tubuh, kaki dan mata), gajah (belalai), garuda (sayap), naga (kepala). Dibuat pada tahun 1571 Saka atau 1649 Masehi. Kereta ini digunakan untuk keperluan Sultan. Ditarik oleh 4 kerbau putih (kebo bule).

Sedangkan Kereta Paksi Naga Liman, dari namanya sudah jelas bahwa kereta ini penggabungan dari 3 jenis hewan yaitu, Paksi = burung (sayap) Naga = naga (tanduk) Liman = gajah (belalai). Dibuat pada tahun 1350 Saka atau 1428 Masehi. Kereta ini digunaka oleh Sunan Gunung Jati untung berkeliling keraton.
  
Lalu yang menjadi pertanyaan Siapa Pembuat Kereta Singa Barong dan Kereta Paksi Naga Liman ??    Kedua kereta itu di buat oleh Panembahan Losari. Kedua kereta itu memiliki kelebihan yang sangat unik, yaitu teknk pembuatan arsitekturnya tak jauh beda dengan kendaraan jaman sekarang. Misalnya, alat kemudi kereta memiliki sistem hidrolik dengan bahan kayu da baja.
  
Memiliki suspensi sehingga pada saat digunakan kereta ini sangat nyaman membuat para sultan tidak merasakan guncangan saat roda menapaki jalan yang rusak.
 
Roda keretapun dibuat secara stabil yang disesuaikan dengan suspensi. Roda kereta dibuat menonjol keluar dari jari-jari roda yang cekung kedalam agar menghindari cipratan air pada saat kereta melaju di jalan yang basah.

Jika dilihat secara sepintas memang terlihat tak jauh beda. Namu pada Kereta Paksi Naga Liman sayap dan lidahnya dapat bergerak dan membuat kereta ini terlihat sangat hebat dijamannya.
  
Menurut para ahli sejarah internasional kereta ini sangat luar biasa dan menjadi kereta kerajaan sempurna dan paling modern yang pada saat itu tak terfikirkan oleh orang pada saat itu.

Ulasan Lengkap Mengenai Kereta Singabarong

Kereta Singa Barong yang sampai kini masih terawat bagus itu, merupakan refleksi dari persahabatan dengan bangsa-bangsa. Wajah kereta ini merupakan perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.

Kereta ini original buatan para ahli kereta Keraton Kacirebonan. Ini penggambaran bahwa pengetahuan teknologi orang Cirebon tempo dulu cukup tinggi. Ini sekaligus merupakan kelebihan Kerajaan Cirebon dibanding keraton-keraton sebelumnya atau sesudahnya, yang mengimpor kereta dari Inggris, Belanda, atau Perancis. Kereta ini cukup layak dalam segi teknologi kereta yang merupakan titihan (kendaraan) raja-raja.

Singa Barong telah mengenal teknologi suspensi dengan menyusun per(pegas) lempengan besi yang dilapisi karet-karet pada empat rodanya. Dengan teknologi suspensi ini, di samping kereta bisa merasa empuk, badan kereta juga bisa bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan. Bergoyangnya tubuh kereta ke depan dan ke belakang bisa membuat sayap kereta bergerak-gerak. Itu sebabnya jika kereta ini berjalan, binatang bertubuh burak, berkepala gajah, dan bermahkota naga itu tampak seperti terbang. Terlihat megah ketika sang raja sedang berada dalam kereta itu.

Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu. Pahatan pada kereta itu memang detail dan rumit. Mencirikan budaya khas tiga negara sahabat itu, pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina.

Tiga budaya (Buddha, Hindu, dan Islam) itu menjadi satu digambarkan prinsip trisula dalam belalai gajah. Tri berarti tiga, dan sula berarti tajam. Artinya, tiga kekuatan alam pikiran manusia yang tajam yaitu cipta, rasa, dan karsa. Cipta, rasa, dan karsa dimaksudkan sebagai kebijaksanaan berasal dari pengetahuan yang dijalankan dengan baik.

Kereta ini dulu digunakan oleh raja untuk kirab keliling Kota Cirebon tiap tanggal 1 Syura atau 1 Muharram dengan ditarik empat kerbau bule. Penggunaan kereta untuk kirab yang berlangsung setahun sekali itu berlangsung turun-temurun, mulai Panembahan Ratu Pakungwati I (1526-1649). Kereta ini baru berhenti digunakan untuk kirab tahun 1942, karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan lagi.

Kereta itu kini tersimpan di museum kereta yang terletak di sisi bangunan Taman Dewandaru Keraton Kasepuhan Cirebon. Kereta ini benar-benar tidak diperbolehkan lagi keluar, dalam acara apa pun, selain dibersihkan setiap bulan Syura atau Muharam. Bahkan, ketika dilakukan pameran antarkeraton se-Indonesia di Cirebon beberapa tahun lalu, yang dipamerkan adalah duplikat kereta yang bentuk maupun rupanya mirip.

Kereta Singa Barong menunjukkan ketulusan seorang raja seperti Panembahan Ratu Pakungwati I, raja keempat Kesultanan Cirebon itu. Karya untuk pribadi, seperti kereta itu, tidak direka dengan semata-mata imaji selera, tetapi juga didasarkan pada rasa. Rasa persahabatan dengan bangsa lain yang begitu melekat dihatinya dimanifestasikan dalam bentuk kereta itu.

Semoga ulasan diatas mengenai Asal Usul Sejarah Kereta Singa Barong Dan Kerata Paksi Naga Liman bisa bermanfaat buat para pengunjung .

Baca Selengkapnya »

SEJARAH SILSILAH SULTAN CIREBON

SEJARAH SILSILAH SULTAN CIREBON , Untuk update info terbaru kali ini masih akan mengulas dan membahas soal sejarah yang dimana untuk berikut ini akan mengupas segala hal yang berkaitan dengan ::

Silsilah kesultanan cirebon

silsilah raja kasepuhan cirebon

kanoman cirebon

keraton kasepuhan cirebon

alamat keraton kasepuhan cirebon


Silsilah Dari Rasulullah

    Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan bin
    Sayyid ‘Umadtuddin Abdullah Al-Khan bin
    Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam
    Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan bin
    Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
    Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
    Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
    Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
    Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
    Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
    Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
    Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
    Sayyid Alawi Awwal bin
    Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
    Ahmad al-Muhajir bin
    Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
    Sayyid Muhammad An-Naqib bin
    Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
    Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
    Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
    Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
    Al-Imam Sayyidina Hussain
    Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahro binti Muhammad

Silsilah Dari Raja Pajajaran

    Sunan Gunung Jati – Syarif Hidayatullah
    Rara Santang (Syarifah Muda’im)
    Prabu Jaya Dewata @ Raden Pamanah Rasa @ Prabu Siliwangi II
    Prabu Dewa Niskala (Raja Galuh/Kawali)
    Niskala Wastu Kancana @ Prabu Sliwangi I
    Prabu Linggabuana @ Prabu Wangi (Raja yang tewas di Bubat)

SILSILAH PARA SULTAN KANOMAN

    Sunan Gunung Jati Syech Hidayahtullah
    Panembahan Pasarean Muhammad Arifin
    Panembahan Sedang Kemuning
    Panembahan Ratu Cirebon
    Panembahan Mande Gayem
    Panembahan Girilaya
    Para Sultan :
        Sultan Kanoman I (Sultan Badridin)
        Sultan Kanoman II ( Sultan Muhammad Chadirudin)
        Sultan Kanoman III (Sultan Muhammad Alimudin)
        Sultan Kanoman IV (Sultan Muhammad Chaeruddin)
        Sultan Kanoman V (Sultan Muhammad Imammudin)
        Sultan Kanoman VI (Sultan Muhammad Kamaroedin I)
        Sultan Kanoman VII (Sultan Muhamamad Kamaroedin )
        Sultan Kanoman VIII (Sultan Muhamamad Dulkarnaen)
        Sultan Kanoman IX (Sultan Muhamamad Nurbuat)
        Sultan Kanoman X (Sultan Muhamamad Nurus)
        Sultan Kanoman XI (Sultan Muhamamad Jalalludin)
        Sultan Kanoman XII (Sultan Muhamamad Saladdin)

SILSILAH SULTAN KASEPUHAN CIREBON


    Panembahan Pasarean – Muhammad Arifin
    Pangeran Dipati Carbon
    Panembahan Ratu
    Pangeran Dipati Carbon
    Panembahan Girilaya
    Sultan Raja Syamsudin
    Sultan Raja Tajularipin Jamaludin
    Sultan Sepuh Raja Jaenudin
    Sultan Sepuh Raja Suna Moh Jaenudin
    Sultan Sepuh Safidin Matangaji
    Sultan Sepuh Hasanudin
    Sultan Sepuh I
    Sultan Sepuh Raja Samsudin I
    Sultan Sepuh Raja Samsudin II
    Sultan Sepuh Raja Ningrat
    Sultan Sepuh Jamaludin Aluda
    Sultan Sepuh Raja Rajaningrat
    Sultan Pangeran Raja Adipati H. Maulana Pakuningrat, SH
    Sultan Pangeran Raja Adipati Arif Natadiningrat, SE

SILSILAH SULTAN KERATON KACIREBONAN

    Panembahan Pasarean Muhammad Arifin
    Pangeran Dipati Carbon
    Panembahan Ratu Pangeran Dipati Anom Carbon
    Pangeran Dipati Anom Carbon
    Panembahan Girilaya
    Sultan Moh Badridini Kanoman
    Sultan Anom Raja Mandurareja Kanoman
    Sultan Anom Alimudin
    Sultan Anom Moh Kaerudin
    Sultan Carbon Kaeribonan
    Pangeran Raja Madenda
    Pangeran Raja Denda Wijaya
    Pangeran Raharja Madenda
    Pangeran Raja Madenda
    Pangeran Sidek Arjaningrat
    Pangeran Harkat Nata Diningrat
    Pangeran Moh Mulyono Ami Natadiningrat
    Gusti Pangeran Raja Adipati Abdul Gani Natadiningrat Dekarangga

SILSILAH PANEMBAHAN CIREBON

    Panembahan Pasarean – Muhammad Arifin
    Sunan Gunung Jati Syech Hidayatullah
    Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin
    Panembahan Sedang Kemuning
    Panembahan Ratu Cirebon
    Panembahan Mande Gayem
    Panembahan Girilaya
    Pangeran Wangsakerta (Panembahan Cirebon)
    Panembahan Pangeran Jagaraksa
    Panembahan Raden Syech Abdullah
    Panembahan Raden Syech Kalibata
    Panembahan Raden Syech Moch. Abdurrohman
    Panembahan Raden Syech Moch. Yusuf
    Panembahan Raden Moch. Abdullah
    Panembahan Raden Moch. Sholeh
    Panembahan Raden K.H Moch. Syafe’i
    Panembahan Raden K.H Moch. Muskawi
    Panembahan Raden H. Moch. Parma
    Panembahan Raden H. Moch. Salimmudin

Itulah Informai Mengenai Sejarah Silsilah Kesultanan Cirebon Lengkap untuk para pembaca semuanya yang mungkin sedang mencari-cari info ini .

Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL MOTIF BATIK MEGA MENDUNG

SEJARAH ASAL USUL MOTIF BATIK MEGA MENDUNG , Tulisan terbaru yang akan dipulikasikan oleh kami akan berhubungan atau berkaitan dengan Batik Megamendung yang dimana belum banyak mengetahui bagiamana asal muasal sejarah motif batik mega mendung ini muncul dan terkenal sampai sekarang ini .




Perlu diketahui bersama bahwa sebagai suatu karya seni, batik megamendung identik dan bahkan menjadi sebuah ikon batik pesisiran Cirebon. Batik ini memiliki kekhasan yang tidak dijumpai di daerah-daerah pesisir lainnya penghasil batik di utara Jawa seperti Indramayu, Pekalongan, maupun Lasem.

Kekhasan megamendung atau “awan-awanan” tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna yang tegas seperti biru dan merah, tetapi juga pada nilai-nilai filosofi yang terkandung pada motifnya itu sendiri. H al ini sangat erat berkaitan dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon.

Belum jelas, kapan batik menjadi tradisi di daerah pesisir pantura. Dari beberapa penuturan, sejarah batik di Cirebon terkait erat dengan proses asimilasi budaya serta tradisi ritual religius. Prosesnya berlangsung sejak Sunan Gunung Djati menyebarkan Islam di Cirebon sekitar abad ke-16.

Budayawan dan pemerhati batik sekaligus sebagai Sekretaris pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Penuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon Bapak H. Casta S.Pd. M. Pd mengungkapkan mengenai sejarah batik dimulai ketika Pelabuhan Muara Jati (Cirebon) menjadi tempat persinggahan pedagang Tiongkok, Arab, Persia, dan India. Saat itu terjadi asimilasi dan akulturasi beragam budaya yang menghasilkan banyak tradisi baru bagi masyarakat Cirebon.

Pernikahan Putri Ong Tien dan Sunan Gunung Djati merupakan ’pintu gerbang’ masuknya budaya dan tradisi Tiongkok (Cina) ke keraton. Ketika itu, keraton menjadi pusat kosmik sehingga ide atau gagasan, pernik-pernik tradisi dan budaya Cina yang masuk bersama Putri Ong Tien menjadi pusat perhatian para seniman Cirebon. “Pernik-pernik Cina yang dibawa Putri Ong Tien sebagai persembahan kepada Sunan Gunung Djati, menjadi inspirasi seniman termasuk pebatik,” tutur perupa Made Casta. Keramik Cina, porselen, atau kain sutra dari zaman Dinasti Ming dan Ching yang memiliki banyak motif, menginspirasi seniman Cirebon. Gambar simbol kebudayaan Cina, seperti burung hong (phoenix), liong (naga), kupu-kupu, kilin, banji (swastika atau simbol kehidupan abadi) menjadi akrab dengan masyarakat Cirebon. Para pebatik keraton menuangkannya dalam karya batik. Salah satunya motif megamendung.

“Tentu dengan sentuhan khas Cirebon, sehingga tidak sama persis. Pada megamendung, garis-garis awan motif Cina berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan megamandung Cirebon cenderung lonjong, lancip, dan berbentuk segitiga. Ini yang membedakan motif awan Cina dan Cirebon,” ungkap H. Casta S.Pd. M. Pd

Sedangkan H. Komarudin Kudiya, S.I.P., M.Ds., Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) mengemukakan, persentuhan budaya Cina dengan seniman batik Cirebon melahirkan motif batik baru khas Cirebon.

Motif Cina hanya sebagai inspirasi. Seniman batik cirebon kemudian mengolahnya dengan cita rasa masyarakat setempat yang beragama Islam. Dari situ, lahirlah motif batik dengan ragam hias dan keunikan khas, seperti Paksi Naga Liman, Wadasan, Banji, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, dan yang paling dikenal ialah megamendung.

“Meski megamendung terpengaruhi Cina, dalam penuangannya secara fundamental berbeda. Megamendung Cirebon sarat makna religius dan filosofi. Garis-garis gambarnya simbol perjalanan hidup manusia dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, berumah tangga sampai mati. Antara lahir dan mati tersambung garis penghubung yang kesemuanya menyimbolkan kebesaran Illahi,” tutur pemilik showroom “Batik Komar” di Jln. Sumbawa, Kota Bandung itu.

Sejarah Motif Batik Cirebon dan Penjelasannya

Sejarah batik di Cirebon juga terkait perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan. Oleh karena itu, kendati terpengaruh motif Cina, penuangan gambarnya berbeda, dan nuansa Islam mewarnai. Disitulah terletak kekhasannya.

Pengaruh tarekat terlihat pada Paksi Naga Lima. Motif itu merupakan simbol berisi pesan keagamaan yang diyakini tarekat itu. Paksi menggambarkan rajawali, naga adalah ular naga, dan liman itu gajah. Motif tersebut menggambarkan peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai kesempurnaan.

“Motif itu juga menggambarkan percampuran Islam, Cina, dan India. Para pengikut tarekat menyimpan pesan-pesan agamis melalui simbol yang menjadi motif karya seni termasuk pada motif-motif batik,” tutur Made Casta.

Pada megamendung, selain perjalanan manusia, juga ada pesan terkait kepemimpinan yang mengayomi, dan juga perlambang keluasan dan kesuburan. Komarudin mengemukakan, bentuk awan merupakan simbol dunia luas, bebas, dan transenden. Ada nuansa sufisme di balik motif itu.

Membatik pada awalnya dikerjakan anggota tarekat yang mengabdi kepada keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tersebut. Di Cirebon, para pengikut tarekat tinggal di Desa Trusmi dan sekitarnya seperti Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah, dan Panembahan, di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.

Oleh karena itu, sampai sekarang batik cirebon, identik dengan batik trusmi. Masyarakat Trusmi sudah ratusan tahun mengenal batik. “Eyang dari eyang saya sudah mengenal batik. Sampai sekarang turun-temurun. Awalnya memang Trusmi, sekarang dengan perkembangan yang pesat, masyarakat desa lain juga mengikuti tradisi Trusmi,” tutur alumnus ITB yang juga pengurus Yayasan Batik Indonesia (YBI).

Keberadaan tarekat menjadikan batik cirebon berbeda dengan batik pesisir lain. Karena yang aktif di tarekat adalah laki-laki, mereka pula yang awalnya merintis tradisi batik. Ini berbeda dengan daerah lain, membatik melulu pekerjaan wanita.

Warna-warna cerah merah dan biru yang menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena ada campur tangan laki-laki dalam proses pembuatan batik. Di Trusmi pekerjaan membatik merupakan pekerjaan semesta. Artinya, seluruh anggota keluarga berperan, si bapak membuat rancangan gambar, ibu yang mewarnai, dan anak yang menjemurnya.

Oleh karena itu, warna-warna biru dan merah tua yang digunakan pada motif megamendung, mengambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka, dan egaliter

Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL DESA TRUSMI KABUPATEN CIREBON

SEJARAH ASAL USUL DESA TRUSMI KABUPATEN CIREBON , Pada hari ini informasi yang akan disampaikan mengenai Asal Usul Sejarah Berdirinya Desa Trusmi Kab Cirebon

Ketika itu Mbah kuwu Cirebon yang bernama Pangeran Cakrabuana hijrah dari Cirebon ke sebuah Daerah yang sekarang disebut Trusmi, mbah Kuwu Cirebon berganti pakaian memakai baju kyai yang tugasnya menyebarkan ajaran agama Islam. Hingga sekarang ia dikenal dengan nama Mbah Buyut Trusmi.

Mbah Buyut Trusmi adalah putra dari Raja Pajajaran Prabu Siliwangi yang datang ke Trusmi disamping menyebarkan agama Islam juga untuk memperbaiki lingkungan kehidupan masyarakat dengan mengajarkan cara-cara bercocok tanam. Pangeran Manggarajati ( BUNG CIKAL ) putra pertama Pangeran Carbon Girang, yang di tinggal mati ayahnya ketika Bung Cikal kecil. Kemudian Bung Cikal diangkat anak oleh Syekh Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati ) dan diasuh oleh Mbah Buyut Trusmi.

Kesaktian Bung Cikal sudah terlihat sejak masih kecil yang sakti mandraguna. Salah satu kebiasaan Bung Cikal adalah sering merusak tanaman yang ditanam oleh Mbah Buyut Trusmi. Teguran dan Nasehat Mbah Buyut Trusmi selalu tidak di hiraukannya, namun yang mengherankan, setiap tanaman yang dirusak Bung Cikal tumbuh dan bersemi kembali sehingga lama kelamaan pedukuhan itu dinamakan TRUSMI yang berarti terus bersemi. (Pedukuhan Trusmi berubah menjadi sebuah Desa di perkirakan tahun 1925, bersamaan dengan meletusnya perang Diponegoro ).

Bung Cilkal meninggal ketika menginjak usia remaja dan dimakamkan di puncak Gunung Ciremai. Konon pada akhir zaman akan lahir RATU ADIL, titisan dari Pangeran Bung Cikal. Setelah Mbah Buyut Trusmi meninggal, ia digantikan KiGede Trusmi, orang yang ditaklukkan Mbah Buyut Trusmi, dimana kepemimpinan Trusmi dilanjutkan oleh keturunan Ki Gede Trusmi secara turun temurun.

Desa Trusmi termasuk wilayah Kecamatan Weru, dan telah dimekarkan menjadi dua yaitu Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon. Situs Ki Buyut Trusmi merupakan peninggalan Mbah Buyut Trusmi terletak di Trusmi Wetan. Bangunannya terdiri dari Pendopo, Pekuncen, Mesjid Kuno, Witana, Pekulaha/Kolam, Jinem, Makam Buyut Trusmi dam Pemakaman Umum.

Situs Buyut Trusmi dipelihara dan dikelola oleh keturunan dari Ki Gede Trusmi hingga sekarang, yang semuannya berjumlah 17 orang yang terdiri dari 1 orang pemimpin, 4 orang kyai, 4 orang juru kunci, 4 orang kaum/pengelola mesjid, dan 4 orang pembantu/ kemit.

Acara tradisional yang masih tetap dilestarikan sampai sekarang diantaranya : Arak-arakan, Memayu, Ganti Welit dan Trusmian atau Selawean yaitu acara memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Itulah diatas informasi yang dapat kami bagikan silahkan Baca Juga :: TEMPAT ALAMAT WISATA MUSEUM PANGERAN CAKRABUWANA KABUPATEN CIREBON

Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL DESA WANASABA KABUPATEN CIREBON

SEJARAH ASAL USUL DESA WANASABA KABUPATEN CIREBON , Baiklah untuk kali ini kami sampaikan Asal Usul Sejarah Berdirinya Desa Wanasaba Kab Cirebon 

Wanasaba adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Talun, kurang lebih 6 KM dari Ibukota Sumber. Diantara semua desa yang ada di kecamatan talun , terdapat dua desa yang namanya sama, hanya dibedakan dengan nama dibelakangnya Lor dan Kidul, yaitu Desa wanasaba Lor dan Wanasaba kidul.

Di Desa Wanasaba Kidul terdapat beberapa peninggalan sejarah yang ada hubungannya dengan Kasultanan yang ada di Keraton Cirebon yaitu sebuah Balong yang dinamakan Balong Widara, disitu terdapat rumah bekas keturunan Sultan Cirebon.

Selain yang ada di Balong Widara, ada pula rumah bekas keturunan Sultan Cirebon yang lokasinya sekarang dipinggir jalan Wanasaba-Kubang Kecamatan Sumber sebelah barat atau tepatnya sebelah utara Balai Desa Wanasaba Kidul.

Pada Zaman penjajahan jepang, Ki Gede Singaperjangga (Ki Gede Wanasaba) mendapat perintah untuk merubah nama Dukuh Dalem Cirebon Ilir menjadi Desa Wanasaba. Masih pada zaman jepang, Desa Wanasaba dipecah menjadi Wanasaba Lor dan Wanasaba Kidul sampai sekarang. Sedangkan Wanasaba berasal dari kata wana=alas atau hutan, dan saba=dikunjungi (dilongok-bhs sunda). Wanasaba berarti alas atau hutan yang dikunjungi.

Di Desa wanasaba ada sebuah blok/kampung yang disebut blok Balong, karena disitu terdapat beberapa balong kepunyaan masyarakat, namun ada satu balong yang menarik karena keunikannya. Kurang lebih tahun 934 M, Pangeran Ahmad Samaun dari Kasultanan Kanoman memugar Balong tersebut dan dijadikan sebagai tempat kediamannya, sehingga ia terkenal dengan sebutan Pangeran Balong.

Di kompleks balong tersebut terdapat dua buah menhir yang tegak, tinggi dari permukaan tanah kurang lebih 70 cm dan lebarnya 30 cm yang terkesan seperti Lawang Saketeng (Gapura) keraton tempo dulu. Konon pada zaman dulu tak seorangpun diperbolehkan lewat di antara dau buah batu itu tanpa di ketahui maksudnya. Di kompleks ini terdapat pula sebuah balong yang berbentuk huruf L.
Menurut keterangan Elang Alimi ( Putra keempat dari Pangeran Balong ) yang bernama asli Elang Jatmaningrat bin Pangeran Ahmad Samaun ( Pangeran Balong ), ketika balong tersebut dipugar memang sudah berbentuk huruf L, namun balong tersebut dalam keadaan tidak teratur dan tertimbun tanah, sedangkan batu-batunya masih tetap tersusun rapi hanya ada beberapa bagian yang di tambah dengan batu-batuan yang hampir sama bentuknya, dan sayang sekali kini bentuk huruf L-nya telah mengalami perubahan.

Ditengah kolam terdapat empat buah tumpukan batu, yang seakan-akan mengandung makna tertentu, karena setiap tumpukan terdiri dari tiga buah batu yang tidak jauh letaknya dengan pohon beringin yang lurus menatap langit terkurung air. Disebelah timur kolam pernah berdiri sebuah bangunan kuno yang disebut Pancaniti. Bangunan ini tidak mempergunakan genteng yang terbuat dari tanah, akan tetapi mempergunakan welit (Alang-alang) sebagai atapnya yang diikat rapi, sayang sekali puing-puingnya kini telah musnah tiada bekasnya.

Selain itu, sebelah utara Balai Desa Wanasaba Kidul atau tepatnya disebelah barat jalan menuju Desa Kubang, terdapat bekas reruntuhan rumah keraton sebagai rumah biasa, yakni peristirahatan permaisuri.

Itulah diatas informasi yang dapat kami informasikan silahkan Baca Juga :: Alamat empal gentong H Apud

Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL DESA KALIKOA

SEJARAH ASAL USUL DESA KALIKOA KABUPATEN CIREBON , Berikut ini akan kami sampaikan Asal Usul Sejarah Berdirinya Desa Kalikoa Kab Cirebon 

Pada zaman dahulu kala ada seorang putra Raja Demak bernama Akhmad telah lama menuntut ilmu di pesantren. Sewaktu pulang dari pesantren, ia ditemui bupati yang mendapat pesan dari ayahandanya, agar ia menyusul ayahnya berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji dengan dibekali kapal beserta isinya untuk keperluan selama dalam perjalanan.

Dalam perjalanan ke tanah suci dengan mendapat pengawalan prajurit Demak, kapalnya terdampar di daratan Cirebon yang pada  waktu itu berada dibawah kekuasaan Prabu Anom.

Mendengar ada kapal terdampar, Prabu Anom segera memerintahkan Patih Wisa Geni untuk menyelidiki siapa orang yang ada dalam kapal tersebut. Patih Wisa Geni datang menemui mereka dan Ahmad menjelaskan bahwa mereka terdampar dengan tujuan semula akan ke tanah suci menyusul ayahnya menunaikan ibadah haji.

Setelah Patih Wisa Geni melaporkan  kepada Prabu Anom, lalu Sang Prabu menyarankan agar Ahmad tidak terus melanjutkan perjalanannya ke tanah suci, tetapi diminta untuk tinggal di keraton Cirebon. Lalu Ahmad bersama prajuritnya membongkar isi kapal dan mengikuti saran Sang Prabu untuk tinggal di Keraton Cirebon.

Prabu Anom ingin mencoba kesaktian Ahmad, maka disuruhlah Ahmad menggambar/melukis. Ternyata gambar-gambar yang dilukisnya sangat bagus dan indah. Oleh karena itu Prabu Anom memberi nama Sumbing Blambang Kara kepada Ahmad.

Setelah Prabu Anom menguji lagi dengan menyuruh melukis istrinya. Semula Sumbing menjawab tidak bisa karena belum pernah melihat Sang Permaisuri. Namun Prabu Anom mengancam apabila sumbing tidak dapat melukis istrinya, maka Sumbing akan dibunuh. Akhirnya Sumbing menuruti perintah Prabu Anom untuk melukis Sang Permaisuri yang belum pernah dilihatnya itu.

Karena kesaktiannya, gambar yang dibuatnya ternyata bagus sekali sesuai dengan aslinya. Lukisan istri Prabu Anom persis sekali dengan orangnya, baik bentuk rambut, kuping, kulit, hidung, mata, buah dadanya, bahkan kemaluannya pun dilukisnya. Dan pada saat lukisannya selesai  dibuat, tinta yang dipakai melukis menetes tepat pada gambar kemaluan sang permaisuri. Semula lukisan tersebut akan disobek, tetapi mengingat ia akan dibunuh apabila tidak berhasil membuatnya, maka lukisan itu terpaksa ia serahkan kepada Prabu Anom. Ternyata lukisan tadi dipuji Prabu Anom, karena memang pada kemaluan istrinya ada tanda hitam, tepat dimana tinta Sumbing menetes.

Selanjutnya timbul kecurigaan Prabu Anom terhadap Sumbing, jangan-jangan Sumbing sudah melihat  tubuh istrinya dan berbuat tidak senonoh dengannya. lalu Sumbing dipindahkan ke Suryaraga (sekarang Sunyaragi). Sisa tinta yang dipakai melukis dibuang ke tengah laut dan dimakan ika Blakutak.

Timbul niat jahat Prabu Anom untuk menyingkirkan Sumbing karena takut kesaktiannya tersaingi. Oleh karena itu Prabu Anom memerintahkan Sumbing membuat layang-layang dengan gambar bunderan. Setelah itu Sumbing diperintah membuat taman di Sunyaraga dalam waktusatu hari, dan apabila tidak berhasil maka Sumbing akan dibunuh. Karena kesaktiannya, semua perintah Prabu Anom dapat diselesaikan Sumbing dengan cepat.

Setelah taman terwujud, Prabu Anom belum puas juga menguji kesaktian Sumbing. Selanjutnya Sumbing disuruh menaikan/mengejar layang-layang yang diterbangkannya. Setelah layang-layang terbang tinggi naik keatas, tiba-tiba layangan itu miring. Sumbing diperintahkan untuk membetulkan dengan cara naik melalui benang layang-layang tersebut. Lalu naiklah Sumbing ke atas dan pada saat itu niat jahat Prabu Anom untuk mencelakakan Sumbing segera dilaksanakan dengan cara memotong benang layang-layang tersebut.

Layang-layang itu pun putus dari benangnya, lalu terbang kesana kemari tanpa kendali, akhirnya disebuah desa bernama Gali(Sekarang Kalimulu), sedangkan Sumbing jatuh di negeri tar-tar Cina tersangkut disebatang pohon bambu yang bernama ori.

 Di Negeri Tar-tar Cina tersebut ada seorang pemuda yang sedang tidur dan bermimpi pergi memancing ke suatu daerah di bawah pohon bambu. Di dalam mimpinya itu, ia mendapat ikan kakap emas. Pada saat akan memancing di bawah pohon bambu, dimana Sumbing tersangkut, ia mendengar suara orang yang tak lain adalah Sumbing, meminta tolong untuk diturunkan. lalu Sumbing segera diturunkan dan dibawa kerumahnya. Saat itu di negeri tar-tar sedang berjangkit wabah penyakit yang susah disembuhkan.

Oleh karena Sumbing memiliki kesaktian, ia berhasil mengobati orang-orang yang sakit. Kejadian tersebut terdengar oleh raja yang pada saat itu anak gadisnya juga menderita sakit. Raja berjanji apabila Sumbing dapat menyembuhkan putrinya, maka dia kan dinikahkan dengannya.

Ternyata putri raja yang sangat cantik rupawan itu dapat disembuhkan. Sumbing kemudian dinikahkan dan mereka diberi modal untuk berdagang barang-barang keramik diluar tar-tar. barang dagangan keramik Sumbing laku keras, sehingga menimbulkan persaan iri hati pedagang lain. para pegdagang serentak bersatu menyerbu, tetapi Sumbing berhasil melompatdan menghilang dan berdiam di Karang Pondo disebelah selatan Warung Asem. Ditempat persembunyiannya Sumbing kedinginan, lalu ia membuat bakar-bakaran yang abunya berterbangan menjadi arang hingga jatuh ke daerah Mandiangin(tempat tersebut disebut Siareng), juga keselatan ke daerah Sigeber yang sekarang menjadi perbatasan Desa Kalikoa. Sumbing menjadi guru ngaji disana . Banyak Ki Gede yang belajar ngaji padanya.

Pada saat itu taman Sunyaraga mengalami kerusakan parah dan hanya dapat dibetulkan oleh orang Tar-tar dari daratan Cina. Lalu Prabu Anom mengutus Patih Wisa Geni untuk mencari orang Tar-tar yang pernah menolong Sumbing Balmbang Kara. Orang tersebut menyanggupi dengan syarat dia minta diberi upah istri Prabu Anom yang termuda, yaitu yang ke - 40 yang cantik jelita.

Prabu Anom menyetujuinya dan akhirnya taman Sunyaraga pun dapat dibetulkan dengan upah istri Prabu Anom yang ke-40 sesuai dengan perjanjian. Melihat kejadian itu Patih Wisa Geni menjadi iri hati dan mengajak orang tar-tar tadi bertanding.

Orang Tar-tar tersebut dapat dikalahkan oleh Patih Wisnu Geni. Kepalanya dipenggal hingga mental jauh ke Kedung Teja dan badannya tertinggal di Sunyaraga.
Saat kepalanya hampir jatuh ke Kedung Teja. orang tersebut mengucap Cikoa, maka oleh Sumbing ia dimakamkan di gedongan. Daerah tersebut sekarang disebut Kalikoa. Setelah meninggal, Sumbing terkenal dengan pangggilan "Syekh Ahmad Pangiran Panji"

Mungkin hanya ini saja informasi yang dapat kami informasikan silahkan Baca Juga :: Sejarah Asal Usul Desa Klangenan Kab Cirebon

Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL DESA KLANGENAN

SEJARAH ASAL USUL DESA KLANGENAN KAB CIREBON . Baiklah bagi anda yang membutuhkan informasi seputar Asal usul sejarah berdirinya Desa Klangenan Kab. Cirebon , kami akan membagikannya untuk anda yang sedang membutuhkan informasi ini .

Kisah ini berawal ketika Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh seorang Raja, Raja tersebut sangat tertarik dan simpati terhadap ajaran agama Islam, ia mengutus kedua putranya yakni Raden Parta Kesumaatmaja dan Raden Kesumaatmaja untuk menuntut ilmu agama Islam di Cirebon.

Pada masa itu perkembangan agama Islam di Cirebon sangat pesat dipimpin oleh Syarif Hidayatullah yang bergelar sebagai Sunan Gunung Jati. Kemudian setelah mendapat restu, Raden Parta Kesumaatmaja dan Raden Kesumaatmaja berangkat menuju Kesultanan Cirebon dan langsung disambut hangat oleh Sinuhun Cirebon.

Keduanya menjadi murid yang taat dan patuh pada ajaran agama Islam sebagaimana yang diajarkan oleh gurunya. Setelah cukup lama tinggal berguru di Cirebon, Raden Parta Kesumaatmaja memohon izin untuk pergi ke daerah Majalengka lalu tinggal di sekitar aliran sungai Cimanuk yang mengalir sampai ke Indramayu. Sedangkan adiknya Raden Kesumaatmaja menetap di Cirebon sesuai dengan perintah ayahanda dan gurunya.

Ketika datang tantangan perang Kerajaan Rajagaluh yang tidak senang terhadap perkembangan aga Islam di wilayahnya, Sunan Gunung Jati menugaskan para sepupuh Cirebon termasuk Raden Kesumaatmaja untuk menghadapi tantangan perang tersebut. Raden Kesumaatmaja dibantu Ki Ragapati, Ki Dugal, Ki Torek, dan Nyi Sebrod dengan tulus ikhlas menerima tugas untuk menghadapi perang di daerah perbatasan (sekitar Desa Pegagan). Dalam peperangan tersebut , Raden Kesumaatmaja mendapat kemenangan gilang-gemilang.

Setelah keadaan aman dan perang selesai, Raden Kesumaatmaja beserta para pembantunya diizinkan untuk mendirikan pedukuhan di hutan yang di dalamnya terdapat sebuah bukit. Pedukuhan tersebut diberi nama Wanagiri. “Wana” artinya hutan, sedangkan “Giri” artinya gunung. Sedangkan Raden Kesumaatmaja dijuluki Buyut Nampabaya, oleh karena “keikhlasannya menerima bahaya perang”.

Pada suatu saat Buyut Nampabaya beserta pengikutnya mengadakan pertemuan di bawah sebatang pohon besar yang rindang (berada di lokasi balai desa sekarang). Dalam pertemuan tersebut ia merasa “Nglangen” atau senang sekali dapat menikmati keindahan alam, terutama pemandangan ke arah selatan yang mengagumkan serta hijau dan birunya Gunung Ciremai. Selanjutnya tempat tersebut sering digunakan tempat bermusyawarah untuk membicarakan berbagai kepentingan masyarakat .

Ki Buyut Nampabaya beserta pengikutnya bersepakat memberi nama tempat pertemuan itu Klangenan. Nama tersebut diabadikan hingga sekarang untuk nama Desa Klangenan, juga nama Kecamatan Klangenan.

Nama Kepala Desa Klangenan Kec. Klangenan Terbaru Periode 2016-2019 yaitu Rochmat Hidayat yang dimana waktu pemilihan Kepala Desa bersaing dengan Istrinya Sendiri karena tidak ada calon lainnya . Dikarenak tidak boleh hanya calon tunggal jadi terpaksa Rachmat Hidayat mengajak istrinya untuk mencalonkan pemilihan Kepala Desa .

Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL MIE KOCLOK CIREBON

SEJARAH ASAL USUL MIE KOCLOK CIREBON , Info kali ini masih seputar dunia kuliner khas cirebon dan yang dibahas pada kali ini adalah Asal Usul Sejarah Mie Koclok Cirebon.

Di Cirebon punya menu mie andalan, yaitu mie koclok / kadang disebut juga mie kocok Khas Cirebon. Salah satu Mie Koclok yang terkenal dan sudah lama di Cirebon serta bertahan sejak tahun 1960-an ialah mie koclok  Panjunan. Buka dari jam 5 sore hingga 11 malam, kedai ini tak pernah sepi pembeli kendati hanya menyediakan Menu mie koclok saja. Harga Mie Koclok Khas Panjunan Cirebon Kurang Lebih Rp. 10.000 permangkoknya

Sejatinya, mie koclok ini berupa mie kuning, dicampur dengan kol (kubis), tauge, suwiran daging ayam dan irisan telor, lalu disiram kuah panas yang terbuat dari santan dan bubur beras.  Terasa gurih sekaligus enak dicecap lidah.

Jika tak bisa menemukan Mie Koclok Panjunan, Bisa mampir ke daerah Pekiringan. Disana ada warung mie koclok tak kalah tenar. Namanya Mie Koclok  Mas Kardi. Usaha kuliner ini pun sudah eksis sejak 1970an dan kini dilanjutkan keturunan kedua. Selain mie koclok, ada penjual siomay yang lumayan ramai juga.

Berikut Beberapa Pendapat Mengenai Mie Kocok Khas Cirebon ::

SEJARAH ASAL USUL MIE KOCLOK CIREBON

Makanan khas cirebon menurut saya enak semua, salah satunya mie koclok. Mie bercampur santan disertai dengan ayam dan tauge, rasanya mantap. Gurih dan bikin ketagihan.

Memang tempatnya sedikit masuk ke dalam tapi tidak akan menyesal untuk makan di sini. Mi Koclok khas Cirebon yang rasanya masih terjaga.

Selain menu nasi, Cirebon juga punya menu mie yang khas dan hanya ada di Cirebon. Mie koclok, mie khas Cirebon. Mue dengan kuah kental, enak dimakan dengan cita rasa sedikit pedas. Sungguh menggugah selera makan kita...

Halo para penikmat kuliner.......???? Saya salah satu orang yg tdk bisa di bohongi oleh rasa makanan. Termasuk Mie Koclok yg ada di dekat Masjid Merah. Rasa sgt pas di lidah saya, kuahnya yg dikasih bubuk lada putih terasa hangat dibadan. Kl kurang porsi bisa tambah lontong lhoooo...... Bukanya sore hari, tp kl mau beli jgn malam2 ya. Pasti udh abis........

Dari sekian banyak mie koclok yang saya coba, mie koclok di dekat masjid merah ini yang paling mantab, setiap saya ke cirebon, pasti saya menyempatkan membeli mie koclok ini, tetapi selalu saya bungkus, karena tempat makannya yang kecil. Datang agak sorean, karena kalau sudah di atas jam 8 malam, biasanya suka sudah habis

Untuk penyuka jenis makanan mie, dijamin suka, apalgi kalo ditambahkan dengan sambal pedas agar lebih berasa nikmatnya. Satu posri dirasa kurang, apalagi kalo sedang lapar.. Hehehee.. Kuliner ini juga wajib dicoba bagi traveler yang berkunjung ke kota cirebon. selamat menikmati... :)

Saya berkunjung ke tempat ini tanggal 20 Juni 2014. Tempat makannya terletak di Jalan yang Sempit. Warung yang menjual juga kelihatannya biasa-biasa saja. Saat menikmati mie nya kami disajikan, Luar biasa rasanya. Benar-banar baru pertama kali saya menikmati mie seperti ini. Untuk perbaikan bila kualitas mie dapat ditingkatkan. Kekenyalan mie terasa biasa-biasa saja. Harga sangat murah. Hanya Rp.10.000

Mie koclok cukup enak tapi maaf.... sayangnya kurang baik buat yang diabetes, yang sedang diet pelangsingan dan yang tinggi Trigliseridanya. Mie terbuat dari tepung terigu yang tinggi index glikemik dan kalorinya, masih ditambah dengan kuah kental yang terbuat dari tepung maizena yang juga tinggi index glikemik dan kalorinya. Buat yg tidak obese, tidak diabet, tidak tinggi Trigliseridanya ya boleh boleh...

Mie yang enak dengan rasa yang berbeda. Mie tersebut juga tahan jika disimpan lama karena waktu itu saya sempat menyimpannya untuk suami saya ketika menyusul saya di cirebon.

Mi tradisional berada di maldive Koclok adalah salah satu makanan yang wajib anda cicipi saat anda mengunjungi kota. Hotel ini berbeda dari satu di bandung. Mi ini berada di maldive Koclok istimewa, dan tidak boleh dijual keluar dari berada di maldive. Tempat ini terdiri atas mie, dengan ayam dan sayuran. Saus ini agak tebal dan gurih, terbuat dari tepung terigu...


Baca Selengkapnya »

SEJARAH ASAL USUL EMPAL GENTONG KHAS CIREBON

SEJARAH ASAL USUL EMPAL GENTONG KHAS CIREBON , Telah diketahui bersama bahwasannya Empal Gentong merupakan salah satu makanan khas masyarakat Cirebon, Jawa Barat. Makanan ini mirip dengan gulai yang dimasak dengan menggunakan kayu bakar di dalam sebuah gentong /periuk tanah liat. Daging yang digunakan adalah usus, babat dan daging sapi. Dan mungkin banyak yang bertanya Dari Desa Mana Empal Gentong Berasal ?? Empal gentong berasal dari desa Battembat, kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.

Nama empal gentong memang sesuai dengan bahan utama racikan hidangan berkuah asal Cirebon ini. Nama empal menunjukkan bahan utamanya memang daging sapi dengan sedikit lemak. Sedangkan sebutan gentong untuk menunjukkan proses memasaknya memakai kuali atau periuk tanah liat.

Istilah empal di Cirebon adalah gulai, bukan gepuk atau dendeng. Disebut demikian karena dimasak paling sedikit lima jam dalam gentong atau kuali menggunakan bahan bakar khusus, yaitu kayu dari pohon asam. Hal itu guna menciptakan rasa dan tingkat keempukan daging. Cara memasak dengan kuali ini sudah dilakukan secara turun temurun. Wadah tanah liat yang sudah dipakai bertahun-tahun akan memberi sentuhan rasa sedap yang tiada tara. Tentu saja karena kerak bumbu sudah mengendap di pori-pori tanah liatnya.

Selain menggunakan kayu bakar dan gentong, makanan ini disajikan dengan daun kucai (Chlorella sorokiniana) dan sambal berupa cabai kering giling. Sambal empal gentong ini sangatlah pedas sebab merupakan saripati cabai merah kering yang kemudian ditumbuk. Empal gentong dapat disajikan dengan nasi atau juga lontong. Lontong menurut orang cirebon hanyalah beras yang dimasukan kedalam daun pisang yang sudah dibentuk silinder, tidak ada campuran lainnya, kemudian direbus selama 4 jam.

Pada saat disajikan api harus tetap membara untuk menjaga suhu makan standar. Paduan daun kucai sebagai penyedap sekaligus penetralisir lemak serta sambal cabai kering dan kerupuk rambak (kerupuk kulit kerbau) menjadikan rasa yang khas.

Mungkin anda banyak yang bertanya seputar Empal Gentong Cirebon diantaranya Yaitu ::



Alamat Empal Gentong Asem Amarta
Harga Empal Gentong Asem Amarta
Pemilik Empal Gentong Asem Amarta
Alamat Empal Gentong  H.Apud
Harga Empal Gentong H.Apud
Alamat Empal Gentong Mang Darma
Harga Empal Gentong Mang Darma

Mencari pedagang empal gentong di Daerah Cirebon tidaklah sulit salah satunya di Daerah Desa Betembat setelah Pasar Kueh Plered dan anda akan Melewati Sebuah Jembatan Sungai Besar  Nah setelah jemabatan itu terdapat banyak penjual Empal Gentong diantaranya Empal Gentong AMARTA, Empal Gentong H.APUD, Empal Gentong HJ. Dian yang Lokasinya tepat Di Pinggir Jalan Besar Cirebon-Jateng sehingga menimbulkan Kemacetan . Akan tetapi ada penjual Empal Gentong yang Terkenal Seperti Empal Gentong yang ngetop di Cirebon adalah Mang Darma yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi. Ia sudah berjualan empal sejak tahun 1948 secara berkeliling di Kota Cirebon. Empal gentong Mang Darma juga bisa di temukan di beberapa tempat lainnya di Cirebon seperti di Pujagalana, Stasiun Kereta Cirebon atau di Grage Mal yang semuanya dikelola anak-anak Mang Darma. Alamat Empal Gentong Mang Darma di Jakarta ?? Di Jakarta, Empal gentong Mang Darma bisa ditemukan di daerah Bintaro. Harga semangkok Empal Gentong sekitar Rp. 20.000 klo empal gentong di jalanan biasa sekitar Rp. 10.000.Silahkan Baca Juga Resep Masakan Empal Gentong Khas Cirebon

Baca Selengkapnya »

SEJARAH JL RADEN DEWI SARTIKA SUMBER CIREBON

SEJARAH JL RADEN DEWI SARTIKA SUMBER CIREBON bagi yang tinggal di daerah Sumber Kabupaten Cirebon pasti tidak asing dengan nama Jalan Raden Dewi Sartika ini. Nach yang menjadi pertanyaan masih banyak yang tidak mengenal Siapa Raden Dewi Sartika ini ? Raden Dewi Sartika dalah Seorang Pahhlawan Pendidikan , Berikut adalah Sejarah Raden Dewi Sartika Dan Profil Bidata Biografi Lengkap Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember 1884. Dia adalah puteri kedua dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Raden Rangga Somanagara (Patih Afdeling Mangunreja). Ibunya bernama Raden Ayu Rajapermas, puteri Bupati Bandung R.A.A. Wiranatakusumah IV (1846-1876), yang juga terkenal dengan sebutan Dalem Bintang.
Tujuh tahun setelah kelahiran Uwi (panggilan Dewi Sartika), ayahnya diangkat menjadi Patih Bandung. Mereka sekeluarga kemudian pindah ke sebuah rumah besar di Kapatihan Straat (sekarang Jalan Kepatihan, di pusat kota Bandung). Karena anak seorang patih, Dewi Sartika dan saudara-saudaranya boleh bersekolah di Eerste Klasse School (setingkat sekolah dasar yang sebetulnya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan peranakan). Dewi Sartika sempat belajar bahasa Belanda dan Inggris di sekolah itu.

Ketika Dewi berusia sembilan tahun dan masih duduk di kelas III ELS (Europesche Lagere School), ayahnya dibuang ke Ternate karena dituduh terlibat dalam percobaan pembunuhan Bupati Bandung R.A.A. Martanagara (yang keturunan menak Sumedang) dan beberapa pejabat Belanda di Kota Bandung pada 1893. Peristiwa itu membuat Uwi harus berhenti sekolah karena teman dan kerabatnya menjauhi keluarganya. Mereka takut dituduh terlibat dalam peristiwa itu.

Selanjutnya, Dewi Sartika dibawa Uaknya (kakak orangtuanya) yang berkedudukan sebagai Patih Aria di Cicalengka. Karena dianggap sebagai puteri pemberontak, sang Uak memperlakukan Uwi sebagai orang biasa. Uaknya lebih condong kepada atasannya (orang Belanda). Walapun begitu, di sana ia bersama puteri-puteri Uaknya mendapat pendidikan keterampilan wanita dari isteri Asisten Residen Cicalengka. Dalam waktu senggangnya, Dewi bermain "sekolah-sekolahan" dengan anak-anak pegawai kepatihan dan ia sendiri menjadi gurunya.

Kebiasaan bergaul dengan anak-anak somah ini membentuk pandangan hidupnya. Ia bercita-cita untuk memajukan anak-anak gadis, baik anak menak maupun anak somah. Selain itu, setelah dewasa tentunya, yang membuat pandangan hidupnya untuk memajukan kaum perempuan adalah kondisi kesehatan ibunya yang memburuk karena memikirkan suaminya di pengasingan, sementara secara ekonomis ia tidak dapat mandiri. Melihat ketidakberdayaan ibunya inilah yang semakin memperkuat keinginan Dewi Sartika untuk melaksanakan niatnya. Pikirannya tentang kecakapan minimum yang harus dimiliki oleh seorang perempuan tercermin pada slogannya yang penuh arti: “Ari jadi awewe kudu segala bisa, ambeh bisa hidup” (menjadi perempuan harus mempunyai banyak kecakapan agar mampu hidup).

Setelah menginjak remaja Dewi Sartika kembali ke rumah ibunya di Bandung. Waktu itu jiwanya yang mulai dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Di samping itu, pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu (1901) mulai menjalankan politik etis atau Ethische Politic dengan maksud mewujudkan kondisi yang lebih cocok dengan sistem liberal bidang ekonomi di Indonesia. Khusus untuk Pulau Jawa telah dijalankan sejak 1870. Dampak politik tersebut di bidang pendidikan adalah adanya upaya pemerintah kolonial mendirikan sekolah bumi putera. Sebelumnya, pada 1851 di Batavia telah didirikan sekolah-sekolah bumi putera.

Pada tahun 1902 Dewi Sartika memulai memberikan pengajaran membaca, menulis dan keterampilan lainnya kepada sanak keluarganya di belakang rumah ibunya. Kegiatan tersebut tercium oleh C. Den Hammer, seorang pejabat Inspektur Pengajaran Hindia Belanda di Bandung. Kemudian, Den Hammer mengusulkan untuk meminta bantuan Bupati Bandung Raden Adipati Martanagara. Ini adalah sesuatu yang sulit bagi Dewi Sartika karena ayahnya pernah menentang pelantikan Martanagara sebagi bupati, sehingga dibuang ke Ternate dan wafat di sana. Namun demikian, akhirnya Dewi Sartika memberanikan diri untuk berbicara dengan Bupati Martanagara. Kemudian, bupati membicarakan usulan Dewi Sartika dengan para sahabat dan petinggi di jajaran pemerintahannya (sebelum memutuskan untuk mendukung usulan Dewi Sartika).

Pada tanggal 16 Januari 1904, ketika berumur 20 tahun, Dewi Sartika mendirikan sekolah perempuan pertama di Indonesia. Sekolah yang dinamai Sakola Istri itu awalnya diselenggarakan di Pendopo Kabupaten Bandung atas izin Bupati Bandung R.A.A. Martanagara (1893-1918). Tenaga pengajarnya tiga orang, yaitu Dewi Sartika, Nyi Poerwa dan Nyi Oewid (keduanya saudara misan Dewi Sartika). Di sekolah ini, anak-anak gadis selain mendapat pelajaran umum, juga mendapat pelajaran keterampilan wanita, seperti memasak, membatik, menjahit, merenda, menyulam, dan lain sebagainya. Di sekolah ini pula diajarkan pelajaran agama Islam

Setahun kemudian sekolahnya bertambah kelas, sehingga pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau (sekarang jalan Keutamaan Istri/Jalan Raden Dewi Sartika). Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung. Tahun 1906 Dewi Sartika menikah pada usia 22 tahun dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seorang Eerste Klasse School di Karang Pamulang, yang pada waktu itu merupakan Sekolah Latihan Guru. Sebagai catatan, Dewi Sartika sebelumnya pernah dilamar olah Pangeran Djajadiningrat dari banten, namun ditolak.

Pada November 1910 nama sekolah diganti menjadi Sakola Kautamaan Isteri dengan mengadaptasi kurikulum Tweede Klasse School. Jumlah muridnya semakin banyak dan cabang-cabang sekolah dibuka di Bogor, Serang, dan Ciamis. Pada 1911 jumlah muridnya 210 orang dengan guru lima orang. Pada 1914 nama sekolah diganti menjadi Sakola Raden Dewi. Sekolah ini didirikan pula di berbagai kota di Jawa Barat, seperti di Garut, Ciamis, Purwakarta, Bogor, Serang, bahkan di Sumatra Barat yang didirikan oleh Encik Rama Saleh. Atas jasa-jasanya, Pemerintah Hindia Belanda memberi tanda penghargaan bintang emas (gouden ster) dan diberi bantuan peralatan sekolah.

Pada masa pendudukan Jepang Dewi Sartika dicurigai sebagai NICA, sehingga mengharuskannya keluar dari Kota Bandung dan menyingkir ke Garut dan akhirnya ke Cineam. Setelah berjuang hingga melewati zaman kemerdekaan, Dewi Sartika wafat pada 11 September 1947 di Cineam, Tasikmalaya dengan meninggalkan enam orang anak. Ia dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon, Desa Rahayu, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya. Tiga tahun kemudian makamnya dibongkar dan dipindah ke kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung. Untuk mengenang jasa dan kepahlawanannya, pada tanggal 1 Desember 1966, Presiden Soekarno menetapkannya menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Hingga kini gedung sekolah itu masih bertahan dan menjadi SD dan SMP Dewi Sartika di Jalan Dewi Sartika, Bandung. Bangunan sekolah ini masih persis dengan bentuk aslinya. Dasar bangunannya berbentuk huruf “U”, bagian tengahnya terdapat halaman yang disemen. Gedung tersebut terdiri atas tiga ruangan (serambi), masing-masing mempunyai dua jendela, satu pintu dan tiga lubang angin. Dinding bagian atas berbentuk persegi dan berkerawang. Bagian ruangan depan terdapat selasar yang disangga tiang-tiang polos, sedangkan atap bangunan terbuat dari genteng. Menurut Undang-Undang Benda Cagar Budaya Nomor 5 tahun 1992, gedung tersebut termasuk bangunan yang dilindungi dan dilestarikan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya »

SEJARAH DESA DUKUH WIDARA KABUPATEN CIREBON

                     ASAL ASUL LENGKAP SEJARAH DESA DUKUH WIDARA KABUPATEN CIREBON Berawal dari kisah Pangeran Silih Asih salah seorang pejuang Islam yang begitu gigih dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Dibantu beberapa orang kepercayaannya seperti Ki Drawolong, Raden Gagak Wulung, Ki Bagus Angke, Asmajaya, Asmajaludin, Gagak Kumbang Sakti, Pangeran Garib, Dewi Widara Asih, Ki Nenggala, Asmaraga, Asmanudin, Ki Rangga, Magerjaya, Magersakti, Magersari, Suradipa, Ki Buyut Haji, Ki Gambir, Ki Mendung dan Ki Nambar, secara bersama-sama menyusun kembali kekuatan pasukannya untuk menghalau serangan penjajah Belanda yang tiada henti-hentinya ingin membabat habis pembangkang-pembangkang yang kontra pihak kolonial. Sejarah Berdirinya Desa Dukuh Widara Kab Cirebon

Pasukan Pangeran Silih Asih dengan persenjataan yang sangat sederhana, beberapa kali dibuat kocar-kacir oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman. Namun kegigihan dari pasukan Pangeran Silih Asih yang terus merongrong pemerintahan Belanda, agar penjajahan dapat dienyahkan dari bumi pertiwi.

Sejak menjadi buronan kolonial Belanda, Pangeran Silih Asih lari menuju ke arah selatan Cirebon dan sampailah di sebuah sungai yang bernama sungai Sanggabraja (Cisanggarung). Dahulu perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah dibatasi kali Cipamali, dan sampai sekarang kali Cipamali menjadi sebuah saksi dimana pejuang Islam Pangeran Silih Asih beberapa kali melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda. Kali Sanggabraja mempunyai cabang yang bernama kali Melaten. Di pinggir kali inilah Pangeran Silih Asih beristirahan dengan pasukannya untuk sekedar memulihkan kondisi badan yang kelelahan setelah lama berlari dari kejaran para tentara Belanda.

Saat itu Pangeran Silih Asih bersama orang kepercayannya membuat pedukuhan. Karena mungkin kelelahan, Pangeran Silih Asih sampai kapidara (Cirebon) artinya pingsan, tetapi setelah ditolong oleh Ki Drawolong, Pangeran Silih Asih bisa kembali sembuh seperti sedia kala. Kemudian Pangeran Silih Asih mengurus seluruh pasukannya untuk terus bekerja keras agar pedukuhan ini bisa dijadikan lahan pertanian yang bisa menghidupi mereka. Di daerah tersebut banyak ditumbuhi pohon widara, kemudian pohon-pohon tersebut di tebang dan kayunya dijadikan untuk perkakas rumah sebagai tempat tinggal. Lahan yang berada di pedukuhan tersebut kemudian dijadikan tanah pertanian untuk palawija, hingga daerah itu disebut Tanah Kebon Agung. Setelah menjadi sebuah pedukuhan yang mulai ramai didatangi oleh orang-orang dari luar, Pangeran Silih Asih memberi nama pedukuhan itu DUKUHWIDARA. Diambil dari nama pohon widara yang tumbuh di pedukuhan tersebut, yang kemudian berkembang menjadi Desa Dukuh Widara.

Selanjutnya Pangeran Silih Asih menunjuk beberapa tokoh masyarakat untuk melanjutkan pembangunan di pedukuhan Dukuh Widara, diantaranya : Nyi Dewi Widara, Asmajalaludin, Asmajaya dan Kubangsakti.

Setelah sekian lama membangun Desa Dukuh Widara , Pangeran Silih Asih kembali melanjutkan perjalanannya ke arah utara. Disana Pangeran Silih Asih membuat benteng pertahanan sebagai strategi perang melawan tentara Belanda yang terus saja mengejar-ngejar pasukannya. Ditunjuklah Ki Upas Nenggala dan Ki Garib untuk dijadikan telik sandi Pangeran Silih Asih untuk mengetahui keadaan tentara Belanda yang sudah mulai mengepungnya.

Peperangan antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Silih Asih tidak dapat terelakkan. Akhirnya banjir darah dari kedua belah pihak menjadi bukti bahwa peperangan selalu meminta korban. Salah seorang yang menjadi korban dari pihak Pangeran Silih Asih adalah Ki Garib, kemudian dimakamkan di daerah itu sampai sekarang daerah itu dikenal dengan sebutan Tanah Astana Garib. Pada masa pemerintahan sekarang Sejarah Desa Dukuh Widara Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon.

Adapun Daftar nama-nama Kuwu Desa Pabedilan Kab. Cirebon yang diketahui  adalah :
1.   Salim                                 : 1946 – 1954
2.   Muja                                  : 1954 – 1962
3.   Mukarom                           : 1962 – 1982
4.   Mudri                                : 1982 – 1990
5.   Sudarno                             : 1990 – 1998
6.   Sungkono                          : 1998 – 2000
7.   Sofiuddin                          : 2000 – sekarang   

Sejarah Lengkap Munculnya Desa Dukuh Widara Kecamatan Pabedilan Kab. Cirebon

Baca Selengkapnya »

SEJARAH DESA DAWUAN KABUPATEN CIREBON

ASAL USUL LENGKAP SEJARAH DESA DAWUAN KABUPATEN CIREBON Desa Dawuan terletak di wilayah Kecamatan Tengah Tani, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Cirebon Barat. Nama Tengah Tani sendiri sebelum dijadikan nama Kecamatan adalah merupakan bagian dari wilayah Desa Dawuan atau nama salah satu blok dan merupakan salah satu sentra kegiatan penduduk di eks. Kecamatan Cirebon Barat tersebut. Asal Asul Sejarah Desa Dawuan Kab Cirebon

Nama Dawuan berasal dari kata Dawuhan/Dawuh yang berarti pangandika atau ucapan orang luhur. Kata Dawuh menurut pengertian Bahasa Cirebon diperuntukan terhadap makna kata ucapan yang disampaikan oleh para nabi, wali, ulama, raja dan orang-orang yang dianggap tinggi kedudukannya.

Tidak banyak data yang kami peroleh mengenai pengertian dan asal usul Dawuan selain pemahaman diatas, namun bukan berarti mengecilkan peranan dari Ki Gede Dawuan sendiri.
Dilihat dari luas wilayah Desa Dawuan yang sampai ke cantilan blok Truag (perbatasan dengan blok Bandit dan Desa Babadan Kecamatan Astana), maka kiprah Ki Gede Dawuan sangat besar pengaruhnya bagi pengembangan agama Islam di Cirebon.

Di Desa Dawuan terdapat beberapa situs pemakaman yang terdiri dari beberapa makam oran-orang soleh, diantaranya adalah pasarean Pangeran Satarengga, pasarean Ki Buyut Muji dan pasarean Ki Buyut Layaman serta Ki Buyut Kasih dengan Tajug Gosangnya yang unik. Dari data-data yang penulis peroleh, diantaranya dari R. Syarief Rohani Kesumawijaya, K.H. Irsyad Al Amin, R. Ismail dan Kyai Amad, para sesepuh yang masih memilki trah langsung dengan Ki Buyut Muji ini memberikan ceritera yang didapat secara turun temurun.

Dikisahkan bahwa nama asli Ki Buyut Muji adalah Sheikh Muhyidin atau Pangeran Abdul Hamid. Beliau adalah putra dari Pangeran Satarengga. Versi lainnya mengatakan bahwa beliau adalah putra dari Ki Ki Gede Gesik, sedangkan Pangeran Satarengga adalah mertuanya. Julukan Ki Buyt Muji diperoleh dari masyarakat berkenaan dengan aktivitas beliau yang suka wirid atau memuji Tuhan. Beliau adalah seorang ahli Tarekat yang memiliki banyak pengikut. Selain dikenal sebagai seorang ulama, Ki Buyut Muji juga seorang pejuang yang anti penjajah. Namun strategi perlawanannya tidak dilakukan secara frontal, tetapi secara politis dan halus. Ki Buyut Muji juga pendukung setia perjuangan Pangeran Suryanegara yang tidak lain adalah menantunya sendiri (suami dari anaknya yang bernama Ratu Jamaliyah).

Pada suatu hari ketika pemerintah colonial Belanda sedang melipatgandakan hasil pertanian dengan upaya memperbesar “water resource” yang ada di Detu Patok, terjadi peristiwa yang sangat tragis. Upaya untuk membendung air selalu mendapat kegagalan. Dam yang dibuat selalu kebobolan, sehingga banyak menewaskan raakyat yang tidak berdosa. Pemerintah kolonial akhirnya memohon bantuan kepada Sultan Mohammad Samsudin untuk dapat mengatasi bencana ini. Sultan akhirnya meminta bantuan kepada Mbah Buyut Muji untuk mencari penyebab bobolnya tanggul Setu Patok. Dengan ditemani oleh asistennya yang setia, yang bernama Ki buyut Kasih, Mbah Buyut Muji pergi ke Setu Patok untuk mencari penyebabnya.

Sesampainya di waduk, Mbah Buyut Muji dan Ki Buyut Kasih melakukan dzikir secara khusu. Keheningan dzikir yang dilakukan kedua orang sufi ini menciptakan suasana panas bagi mahluk lain yang menghuni telaga itu. Kemudian dari kedalaman air muncullah dua ekor ular raksasa yang menjadi penunggu tempat itu. “ampun tuan, kami matur tiwas, tidak akan mengganggu lagi” kata sang naga. “Hai taksaka, siapa kalian berdua“? Tanya Ki Buyut Muji. “saya adalah Nagaraja dan ini Nagagini istri hamba” jawab sang naga. Kemudian Ki Buyut Muji bertanya lagi, “mengapa kalian tega membunuh rakyat Cirebon yang tidak berdosa”?, hamba mohon ampun tuanku, hamba marah karena bangsa asing yang datang ke tempat ini merusak ketenangan kami, mereka mengambil tempat tinggal kami tanpa permisi.

Akhirnya Buyut Muji pun mengerti apa yang menjadi penyebab kemarahan penghuni Setu Patok ini. Sang nagapun akhirnya berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya. Dan sebagai bukti bahwa telah melaksanakan tugas, Ki Buyut Muji membawa sang naga kehadapan Sultan, tetapi dengan mengecilkan dulu tubuhnya menjadi sebesar rokok, kemudian dimasukkan ke tepak bakonya.

Sesampainya dihadapan baginda Sultan, Ki Buyut Muji menghaturkan sembah bakti bahwa beliau telah berhasil melaksanakan tugasnya, kemudian Baginda Sultanpun menanyakan hasil kerja Ki Buyut Muji : “wahai Ki Tuji (begitu sultan biasa menyapanya), coba perlihatkan apa yang bias menjadi bukti hasil kerjamu”?. “Sendika dawuh Gusti, sebelum hamba perlihatkan sudilah paduka dan para pejabat colonial keluar istana, pinta Ki Buyut. “Baiklah Ki Tuji, ayo sekarang kita menuju alun-alun Sangkala Buana”.

Setelah sampai di alun-alun Keraton Kasepuhan barulah Ki Buyut Muji mengeluarkan kotak rokoknya. Semua orang yang dating ke alun-alun merasa kaget bercampur rasa takut melihat dua ekor naga yang sangat besar. Kedua tubuh naga memenuhi seluruh isi lapangan, sehingga Baginda Sultan memerintahkan Ki Buyut Muji untuk segera menyimpannya kembali. “Cukup Ki Tuji, saya sudah yakin dengan hasil kerjamu”. “Baiklah Gusti, hamba akan menyimpannya kembali
Kemudian kedua ular raksasa itu berubah menjadi kecil laagi, dan dimasukkan kembali ke tempatnya. Duhai Ki Tuji, adakah hal lainnya yang ingin kau laporkan?, “ada Gusti, sebelum ular ini kutaklukan, dia meminta agar tiap tahun diberikan tumbal seorang manusia, namun hamba menolaknya dan menggantinya dengan mengadakan upacara nadzar atau syukuran tiap tahun. Kemudian meminta diadakan pertunjukan wayang dan hamba sendiri yang menjadi dalangnya; tentu Buyut Muji. “Baiklah, laksanakan saja permintaannya agar rakyat di Desa Setu Patok dan sekitarnya selalu bersyukur kepada Tuhan. Dan sebagai penghormatan atas jasa-jasamu, maka aku berkenan memberikan tanah untuk pengembangan syiar yang kau lakukan”. Sambil mengucapkan terima Kasih dan amit mundur Ki Buyut Muji segera pergi menempati tanah pemberian sultan.

Tanah pemberian Sultan tersebut dinamai tanah Rancang. Tanah tersebut adalah wilayah perdikan (lokasi yang dibebaskan daari kewajiban membayar pajak dan upeti kepada kesultanan). Tanah Rancang terdiri dari :
1.   Rancang luasnya dahulu adalah sepanjang sisi selatan jalan raya Cirebon – Bandung dari Desa Dawuan hingga Desa Kedungdawa, namun sekarang hanya satu blok. Nama ini tercantum pada salah satu blok di Desa Dawuan.
2    Rancang Kawat, sekarang masuk wilayah Desa Kemlaka. Dan tempat itu dipakai sebagai kuburan umum.
3.   Sinar Rancang, sekarang menjadi Desa Sinar Rancang, letaknya di sisi atas Setu Patok.

Sampai akhir hayatnya Ki Buyut Muji dimakamkan di Blok Rancang. Sebelumnya ada versi yang mengatakan bahwa Buyut Muji dikuburkan di Desa Talun, namun kebanyakan meyakini bahwa setelah mendapatkan hadiah tanah rancang, Ki Buyut Muji sudah menetap di Rancang di kediaman mertuanya Pangeran Satarengga. Buyut Muji meninggalkan banyak pusaka berupa arit cemeti, keris, tombak dan Kitab serta sarung plekat yang sampai sekarang masih tersimpan oleh para turunannya.

Pertunjukkan wayang Kulit yang dilatarbelakangi legenda Setu Patok tersebut masih sempat dilakukan pada awal tahun 1990-an dengan dalang Ki Gluwer. Sekarang tidak ada turunan dalang, Gluwer yang melanjutkan profesi sebagai dalang, sehingga pertunjukkan wayang yang dilaksanakan oleh dalang turunan Rancang pun tidak bias diadakan lagi.

Pemerintah Desa Dawuan sendiri sudah berlangsung sejak lama, namun nama-nama Kuwu yang sempat tercatat hanya sedikit saja, yaitu :

1.   Salamun                      : 1970 – 1985
2.   Aan Anasi                   : 1985 – 1993
3.   Nasikin Abdulah         : 1994 – 2003
4.   Maana (Pjs)     : 2003 – sekarang

Sejarah Desa Dawuan Kab Cirebon

Baca Selengkapnya »