ASAL USUL SEJARAH DESA SLANGIT KABUPATEN CIREBON . Slangit termasuk wilayah Desa Selangit Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon, masyarakatnya bermata pencaharian kebanyakan menekuni di bidang pertanian, peternakan, wiraswasta dan ada pula pegawai.
Pada w2aktu dulu, Ki Kuwu Cirebon yang berkeinginan membangun pedukuhan bagian barat, membuka hutan yang masih angker dihuni siluman dan binatang buas.
Dengan kedatangan ki Kuwu Cirebon hutan tersebut jadilah pedukuhan yang tenang daan nyaman untuk suatu pemukiman walaupun kekurangan sumber air.
Disamping digunakan untuk pemukiman, Ki Kuwu membuka hutan untuk lahan pertanian. Sehari-hari Ki Kuwu bercocok tanam, menanam padi sampai ke sebelah barat, sekarang lahan pertanian itu disebutnya Desa Jungjang. Untuk membantu kegiatan sehari-harinya, Ki Kuwu dibantu oleh seorang bujangan bernama Jaka Dolog. Untuk keperluan bermusyawarah dan istirahat dibuatlah sebuah bale, namanya Ki wasiat.
Cara penggarapan sawahnya menggunakan weluku (bajak) yang ditarik Kebo Dongkol nama kerbaunya, kandaangnyaa sekarang dinamakan kandang dalem, jembatan yang dilewati kerbau Ki Kuwu dinamakan Wot Dalem, dan tempat untuk mencari makan kerbaunyaa dinamakan Tegal Pangonan.
Pada suatu ketika Ki Kuwu kedatangan seorang pemuda yang masih keturunan Galuh bernama Ki Bandang Samaran. Maksud kedatangannya adalah ingin berguru agama Islam dan ilmu kanuragan. Kedatangannya itu secara kebetulan sekali apa yang dimaksudkan dan guru yang dicarinya itu kini telah ada dihadapannya. Setelah lama Ki bandang Samaran berguru kepada Ki Kuwu, kemudian Ki Kuwu memberikan kepercayaan kepada Ki Bandang Samaran untuk membimbing masyarakat di pedukuhan itu. Yang kemudian Ki Bandang Samaran di pedukuhan itu dikenal dengan sebutan Ki Gede Limas.
Ki Kuwu teringat akan barang miliknya, yaitu sepotong kayu pemberian Ki Danuwarsi, kemudian kayu itu ditancapkan di pekarangan tempat tinggalnya. Tak diduga olehnya, potongan kayu itu tumbuh pohon yang namanyaa pohon slangit. Dari nama pohon itulah, maka pedukuhan tersebut disebut pedukuhan Slangit dan berkembang menjadi Desa Slangit. Kini petilasan Ki Kuwu berbentuk makam dan banyak dikunjungi berbagai lapisan masyarakat. Terdapat pula lahan perbukitan yang dinamakan Gunung Timbang. Sekali waktu di Gunung Timbang muncul benda yang terbuat dari emas, benda tersebut diyakini oleh penduduk adalah milik Ki Kuwu. oleh karenanya penduduk disitu melarang untuk mengambilnya.
Di Desa Slangit terkenal dengan tari topengnya, yang bisa mengharumkan nama bangsa, karena telah menjelajah ke manca negara. Tokoh penari topeng Slangit adalah Bapak Sujana (alm.).
Nama-nama Kuwu Slangit yang diketahui diantaranya:
Pada w2aktu dulu, Ki Kuwu Cirebon yang berkeinginan membangun pedukuhan bagian barat, membuka hutan yang masih angker dihuni siluman dan binatang buas.
Dengan kedatangan ki Kuwu Cirebon hutan tersebut jadilah pedukuhan yang tenang daan nyaman untuk suatu pemukiman walaupun kekurangan sumber air.
Disamping digunakan untuk pemukiman, Ki Kuwu membuka hutan untuk lahan pertanian. Sehari-hari Ki Kuwu bercocok tanam, menanam padi sampai ke sebelah barat, sekarang lahan pertanian itu disebutnya Desa Jungjang. Untuk membantu kegiatan sehari-harinya, Ki Kuwu dibantu oleh seorang bujangan bernama Jaka Dolog. Untuk keperluan bermusyawarah dan istirahat dibuatlah sebuah bale, namanya Ki wasiat.
Cara penggarapan sawahnya menggunakan weluku (bajak) yang ditarik Kebo Dongkol nama kerbaunya, kandaangnyaa sekarang dinamakan kandang dalem, jembatan yang dilewati kerbau Ki Kuwu dinamakan Wot Dalem, dan tempat untuk mencari makan kerbaunyaa dinamakan Tegal Pangonan.
Pada suatu ketika Ki Kuwu kedatangan seorang pemuda yang masih keturunan Galuh bernama Ki Bandang Samaran. Maksud kedatangannya adalah ingin berguru agama Islam dan ilmu kanuragan. Kedatangannya itu secara kebetulan sekali apa yang dimaksudkan dan guru yang dicarinya itu kini telah ada dihadapannya. Setelah lama Ki bandang Samaran berguru kepada Ki Kuwu, kemudian Ki Kuwu memberikan kepercayaan kepada Ki Bandang Samaran untuk membimbing masyarakat di pedukuhan itu. Yang kemudian Ki Bandang Samaran di pedukuhan itu dikenal dengan sebutan Ki Gede Limas.
Ki Kuwu teringat akan barang miliknya, yaitu sepotong kayu pemberian Ki Danuwarsi, kemudian kayu itu ditancapkan di pekarangan tempat tinggalnya. Tak diduga olehnya, potongan kayu itu tumbuh pohon yang namanyaa pohon slangit. Dari nama pohon itulah, maka pedukuhan tersebut disebut pedukuhan Slangit dan berkembang menjadi Desa Slangit. Kini petilasan Ki Kuwu berbentuk makam dan banyak dikunjungi berbagai lapisan masyarakat. Terdapat pula lahan perbukitan yang dinamakan Gunung Timbang. Sekali waktu di Gunung Timbang muncul benda yang terbuat dari emas, benda tersebut diyakini oleh penduduk adalah milik Ki Kuwu. oleh karenanya penduduk disitu melarang untuk mengambilnya.
Di Desa Slangit terkenal dengan tari topengnya, yang bisa mengharumkan nama bangsa, karena telah menjelajah ke manca negara. Tokoh penari topeng Slangit adalah Bapak Sujana (alm.).
Nama-nama Kuwu Slangit yang diketahui diantaranya:
1. Samad : 1958 – 1971
2. Aman : 1971 – 1979
3. Sukawi : 1979 – 1995
4. Anali : 1995 – 2000
5. Sunadi : 2000 – 2002
6. Sauji : 2002 – sekarang